Akhir-akhir ini banyak sekali yang mengeluhkan tentang Kurikulum 2013, khususnya para guru dan siswa. Mereka (guru) mengeluh tentang ketidaksiapan mereka dalam memberi materi kepada murid, akibatnya si murid juga kebingungan dalam mempelajari pelajaran tersebut. Dalam hal ini timbul pertanyaan, kenapa harus diberlakukan sistem kurikulum 2013 kalau itu akan memberatkan?
Kurikulum 2013itu sendiri sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikap disiplin yang tinggi.
Siswa dituntut paham atas materi sedangkan jika buku saja mereka tidak punya, lantas bagaimana mereka akan paham? Pemahaman tanpa adanya buku panduan atau penjelasan dari guru itu yang memberatkan siswa. Apalagi jika buku panduan datang 2 minggu sebelum ujian berlangsung, itu akan membuat siswa kewalahan dalam memperlajarinya. Belum lagi jika mereka harus mempelajari mata pelajaran yang satu semester ada 6 bab.
Menurut Ismala, salah satu siswa yang bersekolah di SMA di Bantul itu mengatakan bahwa kurikulum 2013 memberatkan. “Sebenarnya pas jam pelajaran itu menyenangkan, tetapi yang tidak menyenangkan itu kalau dikasih tugas, misalnya dalam sehari semua mapel dikasih tugas, terus hari berikutnya disuruh ngumpulin. Itu kan sedikit memberatkan. Apalagi sekarang kurikulum 2013 agak lebih berat soalnya buku-bukunya itu kadang datangnya pas sudah mendekati ujian. Nanti kalau pas ujian nilainya jelek yang disalahin siswa, padahal kan sudah belajar”.
Sri Suwarsiyah, Ibu dari Ismala yang juga seorang guru disebuah TK di Bantul menyayangkan hal tersebut. “Anak TK mungkin tidak punya keluhan apa-apa. Tetapi untuk anak SD – SMA menurut mereka, kurikulum 2013 itu membingungkan. Walaupun sebenarnya masih belum mengena dihati apa yang dimaksud membingungkannya itu dibagian mana. Anak-anak belum siap karena gurunya sendiri belum siap. Jadi kalau misalnya guru resah dengan sistem kurikulum sekarang, anak-anak juga lebih resah menerimanya. Untuk buku panduannya sendiri belum merata. Untuk wilayah Jakarta saja masih kekurangan buku, apalagi yang luar kota Jakarta? Mengajarnya jadi repot, jadi harus buka google. Itupun untuk guru yang tidak gaptek, lalu bagaimana dengan guru yang gaptek? Orang kan daya ingatnya tidak sama, tetapi mungkin jika semuanya dipersiapkan secara matang mungkin bagus. Tujuannya semua kurikulum kan bagus. Kurikulum itu sendiri kan hanyalah sebuah alat untuk menyampaikan materi kepada anak, berhasil atau tidaknya kan tergantung kesiapan dari tenaga kependidikannya sendiri. Kalau tenaga kependidikannya belum siap, lalu bagaimana dengan yang dididik? Pemerintah sendiri juga sepertinya belum siap betul tetapi ingin segera menggunakan kurikulum ini, jadinya semua resah”.
Sebenarnya kurikulum itu mau model apapun tetap bagus, tetapi terkadang pemerintah itu kurang mantap dalam mempersiapkannya. Untuk sosialisasi kurikulum terhadap tenaga kependidikan dari semua jenjang juga terkesan buru-buru. Mereka belum siap dalam menerima sistem kurikulum 2013, dan harus disuruh melaksanakan padahal sosialisasinya itu belum dipahami secara keseluruhan oleh masing-masing tenaga kependidikan. Harapannya, semoga pemerintah lebih siap lagi dalam mempersiapkan segala macam yang berhubungan dengan pendidikan. Dan juga memberi kejelasan terhadap siswa K13 mengenai UN mereka. (MF)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H