Seminggu yang lalu,jelang tujuh belas agustus,anak anak saya bertanya,kenapa rumah kami belum dipasang bendera,seperti kebanyakan rumah tetangga kami. Saya lalu antusias memenuhi tanda tanya mereka dengan bergegas mencari bendera merah putih yg sudah bertahun tahun selalu dipasang setiap jelang tujuh belas agustus. karena kami tidak memiliki tiang bendera permanen,bambu pun tak ada, maka saya mencari rel horden yang tidak terpakai dan seingat saya ada tersimpan di gudang. Maka jadilah siang itu,saya dibantu oleh anak kedua saya,Aryo,memasang bendera merah putih dengan cara sederhana,mengikat rel horden dengan tali rafia/rumput jepang di pagar balkon lantai dua rumah kami.
Aryo sangat senang ketika melihat bendera itu akhirnya terpasang dan berkibar kibar di tiup angin. Di benaknya,mungkin belum banyak makna nasionalisme tentang bendera merah putih,tetapi paling tidak Aryo telah memaknai bahwa setiap menjelang tujuh belas agustus yang merupakan peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia,kita harus mengibarkan bendera merah putih sebagai penghormatan kepada kemerdekaan negeri kita,setelah para pejuang bangsa melalui banyak pertempuran dan kesengsaraan. Karena begitulah makna sederhana yang Aryo tangkap dan pahami.
Pagi ini,ketika duduk sendiri menghadap pintu (ketika suami saya sedang melalukan kewajiban upacara bendera di kantornya,dan anak anak masih tidur terlelap karena peringatan kemerdekaan yg ditandai dengan tanggal merah/libur bersama), saya melihat bendera merah putih yang saya pasang berkibar kibar ditiup angin.
Saya lalu merasakan perasaan haru,melihat bendera merah putih berkibar dibalkon saya.
Saya bayangkan bagaimana perasaan para pejuang dahulu (yang telah bersusah payah demi mengibarkannya,melewati banyak penderitaan dan kesengsaraan) melihat kibaran bendera merah putih, Itu seperti perasaan kemenangan,betul betul kemenangan atas kemerdekaan.
Saya bersyukur dapat merasakan perasaan itu,paling tidak selama beberapa tahun terakhir kehidupan saya,saya pun telah berusaha,tidak hanya berkorban untuk meraih kebaikan diri sendiri maupun keluarga, tetapi juga telah tergerak untuk berbuat hal hal positif untuk lingkungan dimana saya berada.
Kecintaan saya pada dunia masak memasak telah membuat saya lebih berarti dan bermanfaat,saya memiliki banyak kesempatan untuk bertemu orang orang,membantu orang orang, dan berbagi inspirasi dan pengalaman.
Begitu lah mungkin makna nasionalisme seorang ibu rumah tangga, tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk negeri saya, tapi saya sedang mendidik anak anak saya untuk kelak berbuat lebih banyak untuk negeri nya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H