Mohon tunggu...
Fransisca Ana Susanti
Fransisca Ana Susanti Mohon Tunggu... -

di pertengahan usia 30 an, hidupku semakin berwarna. Semoga juga bisa mewarnai hidup orang lain melalui tulisan tulisanku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Farrel Berkacamata - (Cerita Anak)

27 Juli 2011   05:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:20 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13117438941554485090

Farrelberkacamata

“Farrel,matanya nak,ayo to...jangan lengket begitu sama buku.”

Demikian teguran ibu yang hampir selalu terdengar setiap kali dia asyik membaca. Kali lainnya ibu menjewertelinga Farrel pelan sambil menarik menjauhi bila menonton tivi terlalu dekat. Bila Ibu melihatnya tiduran sambil membaca atau membaca dengan penerangan remang remang,maka sudah pasti omelan panjang pendek akan menyerbu telinganya. Tapi lagi lagi,dia lupa..dan lupa lagi. Ibu dan bapak tak jemu mengingatkan Farrel akan bahaya membaca atau menonton tivi terlalu dekat. Mata yang normal bisa rusak dan disebut minus. Lalu akhirnya harus berkacamata.Apalagi sering dia mengatakan bahwa cita citanya ingin menjadi pilot pesawat tempur seperti om om yang dilihatnya saat pameran pesawat di lapangan udara di kotanya.Mereka semua tinggi tinggi dan terlihat gagah dengan seragam pilot berwarna oranye. Bapak berpesan bahwa syarat utama menjadi seorang pilot adalah tidak berkacamata,alias matanya harus normal,tidak plus atau minus. Tapi..ya itu dia..Farrel selalu lupa dengan pesan bapak ibu nya.

Sudah dua minggu ini bapak ibu sering berbicara pelan sambil memandang Farrel. Wajah mereka terlihat cemas. Suatu sore,setelah bapak mandi dan menikmati teh hangat yang dibuatkan ibu,beliau memanggilnya. “Farrel,apakah benar cerita ibu,katanya kamu kesulitan membaca tulisan di tivi dari dekat sofa ini?” Farrel mengangguk. “bapak dengar juga ibu guru di sekolah bercerita ke ibumu,kalau kamu sekarang lambat menyalin tulisan di papan tulis. Mengapa?” tanya bapak lagi.

“tulisannya kabur pak..” jawabnya pelan.Terdengar helaan nafas bapak dan ibu. Tiba tiba tangan bapak terulur menarik badannya mendekat. “sore ini kita akan ke dokter mata untuk memeriksakan matamu. Bapak ibu sebenarnya kecewa sekali bila memang matamu menjadi minus,karena kami selalu mengingatkanmu untuk menjaga jarak dalam membaca dan menonton tivi. Tetapi,sudahlah,yang penting kita tahu dulu apa kata dokter. Sudah sekarang ganti baju dan bersiap berangkat” . Farrel hanya terdiam saat ibu menggandengnya untuk berganti pakaian. Dia belum memahami benar apa yang terjadi. Usianya 7,5 tahun dan teman temannya juga tidak ada yang memakai kacamata.

Dalam ruang praktek dokter mata banyak alat alat yang canggih untuk memeriksa mata pasien. Farrel pun diperiksa dengan seksama oleh dokter wanita yang ramah dan sabar itu. Dia diminta untuk mendekatkan kepalanya pada suatu alat seperti komputer,tetapi berlubang di tengah dan di dalamnya ada foto balon udara. Dokter memintanya untuk terus menatap balon udara tersebut sementara beliau mengoperasikan tuas seperti joystick pada permainan ketangkasan. Setelah itu,farrel diminta duduk tegak,dipakaikan kacamata yang bentuknya seperti mata robot,lalu dia diperintahkan membaca beberapa huruf dan angka,mulai dari yang ukurannya besar,lalu terus mengecil. Ada angka dan huruf dengan ukuran tertentu yang memang tidak mampu dibacanya. Dia hanya terdiam dan menelengkan kepala, “tulisannya nggak kelihatan dokter..’ katanya. Akhirnya pemeriksaan itu pun usai. Bapak,ibu dan Farrel diterangkan mengenai hasilnya. Dokter menyimpulkan bahwa mata kiri Farrel minus ¼sementara mata kanannya minus 1/2 . Untuk itu selanjutnya dia diharuskan memakai kacamata untuk membantu kerja mata,supaya tidak bertambah beban matanya. Dokter juga menasehatkanhal yang sama seperti yang ibu bapak telah lakukan selama ini,yaitu hendaknya menjaga jarak minimal 30 sentimeter saat membaca buku, dan cukup jauh saat menonton tivi,tergantung besar kecilnya pesawat televisi di rumah.Penerangan di rumah pun diminta seterang terangnya namun tidak menyilaukan,karena keadaan remang remang akan menambah beban kerja mata.Setelah dokter meresepkan ukuran untuk kacamata Farrel,mereka pun berpamitan.

Di dalam mobil menuju ke optik untuk membeli kacamata,ibu berkata kepada Farrel “Farrel,tahukah kamu apa artinya mata yang minus dan harus memakai kacamata?”

Farrel menjawab “apakah aku tidak bisa jadi pilot pesawat tempur lagi,bu?”

Ibu mengelus kepalanya “yah,nasi sudah menjadi bubur,artinya,sudah terjadi apa yang buruk,tidak dapat diulang lagi. Apakah kamu tidak menyesal,seandainya kamu menuruti peringatan bapak ibu untuk selalu menjaga jarak mata saat kamu membaca,atau menonton tivi,tentunya matamu tidak akan rusak. Sekarang kamu harus berkacamata,yah..kita akan tetap berusaha supaya minusmu bisa berkurang atau bahkan bisa kembali normal. Rajin memakai kacamatamu setiap beraktifitas, tidak lupa minum vitamin mata dari dokter, dan ibu juga akan membuatkanmu jus wortel. Wortel mengandung banyak betacaroten yang baik bagi kesehatan mata.Kamu mau khan matamu kembali sehat?”

Farrel mengangguk “mau bu” .

Dalam hati ada rasa penyesalan,seandainya dia menuruti nasehat bapak ibu,tentunya sekarang dia tidak harus berkacamata. Kelalaiannya ini akan digantinya dengan ketaatan untuk memakai kacamata,minum obat dan jus wortel buatan ibu,siapa tahu matanya dapat menjadi normal kembali,dan dia bisa meraih cita citanya menjadi pilot pesawat tempur seperti yang diidam idamkannya.

Keesokan harinya,saat akan berangkat sekolah untuk pertamakali sejak diharuskan memakai kacamata, ibu dan bapak mengatakan akan mendampinginya ke sekolah,karena ingin berbicara kepada guru kelasnya mengenai kondisi matanya dan meminta posisi duduk yang lebih dekat ke papan tulis. Pagi itu sekali lagi bapak memeluk farrel dan berkata kepadanya dengan suara lembut namun mantab “ tahu kah kamu,banyak orang hebat di dunia ini yang berkacamata? Jadi,walaupun seandainya hingga besar nanti kamu tetap harus berkacamata,dan cita2mu menjadi pilot tidak tercapai,jangan berkecil hati ya. Kamu bisa memilih profesi lain yang tetap bisa dilakukan walau berkacamata” bapak mengelus kepala anaknya sambil tersenyum.

“contohnya apa pak?” tanya Farrel

“wah,ya banyak sekali,tak terhitung,nanti setelah bertambah besar kamu akan bisa menemukan sendiri minatmu di mana. Paham? “

Farrel pun mengangguk mantab. Dorongan semangat dan dukungan dari bapak ibu nya membuat hatinya lega dan tidak khawatir lagi. Walaupun dia tahu,adalah lebih baik baginya bila sejak semula menurutinasehat bapak dan ibu.

“ayo,sudah setengah tujuh,kita berangkat” ajak ibu. Cepat cepat Farrel mengenakan kacamatanya,menyandang tas nya dan sekali lagi melihat tampilan dirinya di cermin. “wah..aku tambah ganteng seperti harry potter!” serunya.

Tawa bapak ibu berderai derai sebagai balasannya.

Notes: cerita ini telah dimuat di Harian Suara Merdeka edisi Minggu,24 Juli 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun