Mohon tunggu...
Fransisca Ana Susanti
Fransisca Ana Susanti Mohon Tunggu... -

di pertengahan usia 30 an, hidupku semakin berwarna. Semoga juga bisa mewarnai hidup orang lain melalui tulisan tulisanku.

Selanjutnya

Tutup

Money

ibu ibu..ayo main saham!

29 Juli 2010   08:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Ya, ibu ibu, adik adik mahasiswa dan siapa saja yang selama ini tak kenal tak sayang dengan dunia pasar modal, ayo mulai coba investasi di sini. Apa sebab? Karena sekarang sudah mulai marak apa yang disebut On Line Trading ( OLT ), yaitu melakukan transaksi jual beli saham secara mandiri, ketik order sendiri, bisa dilakukan di rumah, di kantor, di kampus, di mana saja. Modal awal relatif lebih kecil daripada transaksi secara konvensional. Waduh, apapula itu secara konvensional? Baiklah, paling tepat apabila kita bahas sekilas mengenai investasi di pasar modal secara umum dulu.

Sekitar 10 tahun ke belakang, pasar modal masih merupakan kata yang asing di telinga masyarakat awam. Saya yang berkutat di dunia ini selama lebih dari 14 tahun, dulunya acapkali mendengar komentar yang membuat tersenyum seperti ini misalnya: 'kerja di mana ,mbak?' saya jawab "di saham pak"  lalu ( biasanya ) dengan wajah kagum akan dilanjut dengan ucapan ini "wahhh hebat ya, uangnya banyak dong.." . Hahaha...dalam hati saya berkata " iya pak, yang banyak uangnya si nasabahnya.."

Jadi begitulah, masa masa itu sosialisasi pasar modal masih sangat minim,sehingga investasi saham bukanlah suatu pilihan yang populer. Produk produk perbankan masih menjadi primadona, selain tentu saja si all-time favourite investment: emas. Tetapi, 10 tahun sudah berlalu sejak saya menjadi 'tersangka' 'si banyak duit yang kerja di saham', voila!...Bursa Efek Jakarta ( sekarang Bursa Efek Indonesia / BEI) melalui perwakilan-perwakilannya ( PIPM = Pusat Informasi Pasar Modal ) di kota kota representatif se Indonesia gencar melakukan sosialisasi pasar modal ke masyarakat dan berbagai kalangan seperti institusi pendidikan, Dana Pensiun, mengadakan pelatihan pelatihan dan lain sebagainya. Hasilnya sangat terasa dengan bertambahnya angka nasabah yang membuka rekening di sekuritas sekuritas. Bila sebelumnya hanya itu itu saja pemainnya, maka selanjutnya berdatangan calon calon nasabah tanpa harus dicari oleh para marketing. Keingintahuan sudah muncul, yang menuntun mereka mendatangi sekuritas untuk mencari tahu lebih dalam lagi mengenai investasi saham.

Soh...(pinjam istilahnya Chef Bara), dinamika pasar modal sangat menggembirakan. Produk produk pasar modal lainnya pun mulai dikenal masyarakat seperti reksadana dan obligasi. Pilihan investasi menjadi lebih beragam. Lalu kemudian, di sekitaran tahun 2007 - 2008, muncul suatu sistem transaksi jual beli saham yang disebut On Line Trading ( OLT ). Sistem ini kian membuka lebar pintu bagi siapa saja yang  ingin mencoba bermain saham,bahkan hingga ke level mahasiswa. Mengapa? Seperti yang sudah saya tulis di awal, deposit awalnya relatif lebih kecil/lebih murah dari yang konvensional plus fee yang juga lebih kecil. Mengapa bisa begitu?

Dalam kedua sistem perdagangan, nasabah yang berniat membeli dan menjual sahamnya,akan memakai jasa sekuritas/broker, dan untuk itu dikenakan fee atas jasanya. Pada sistem konvensional akan ada orang yang diberi mandat untuk melakukan eksekusi jual beli saham dan mereka biasa disebut dealer atau sales executive (SE). Tugas seorang certified - SE ( seorang SE yang kredibel wajib hukumnya memiliki ijin bekerja sebagai pialang saham yang disebut WPPE = Wakil Perantara Pedagang Efek ) bukan hanya mengetik order jual /beli sesuai permintaan nasabah,tetapi lebih luas lagi sebagai seorang financial advisor, yang dapat diajak bertukar pikiran oleh nasabah mengenai portofolio yang sedang dimiliki nasabah tersebut. SE juga diharapkan menguasai bidangnya sedemikian rupa,dapat menganalisa pasar,membaca pergerakan teknikal,fundamental,mengetahui berita berita terbaru mengenai emiten (emiten=perusahaan yang sudah mencatatkan dirinya di bursa efek / sudah Go-Public),dan lain sebagainya. Komunikasi antara SE dan nasabahnya dijembatani dengan hubungan telepon ataupun email. Sementara bagi nasabah yang menyempatkan diri datang sendiri ke galeri/dealing room,tinggal menuliskan tiket order kepada SE nya apabila menghendaki  beli/jual. Untuk itu pihak sekuritas telah menyediakan sarana komputer yang cukup memadai sehingga para nasabah galeri dapat memantau secara real time pergerakan saham pada jam jam bursa. Ini yang konvensional.

Pada sistem OLT, terkenal dengan fee yang lebih murah, dan deposit yang lebih kecil. Bisa begitu? Ya,karena untuk OLT nasabah tidak akan didampingi oleh SE dalam bertransaksi. Pada waktu seseorang membuka rekening OLT,akan diberikan software untuk diinstal di komputernya. Jadi nasabah harus memiliki jaringan internet. Selanjutnya nasabah dapat melakukan transaksi beli jual melalui sistem yang telah diinstal tadi,tentu saja setelah memasukkan kode pengenal yang sifatnya sangat rahasia. Hal ini dapat dilakukan di mana saja sesuai karakter nasabah yang bersangkutan. Bila pemilik toko ya bisa bertransaksi lewat laptop nya sambil menjaga toko, bila ibu rumahtangga bisa mengamati pergerakan sahamnya sambil mengawasi anak anaknya di rumah, atau mahasiswa mendayagunakan laptop tidak hanya sebagai sarana dalam mengerjakan tugas tetapi juga belajar mencari uang lewat main saham di sela sela waktu belajarnya. Fleksibel! Nah,di sinilah titik krusialnya mengapa OLT bisa mengenakan fee transaksi lebih murah. Tanpa kebutuhan akan seorang SE, plus tidak adanya beban komunikasi telepon plus lagi sekuritas tidak perlu menyediakan galeri berikut perangkat komputer yang sudah pasti berbiaya besar,maka beban operasional pun dapat berkurang cukup signifikan. Pada muaranya, fee pun dapat ditekan. Adapun mengenai deposit yang rendah ( umumnya di sistem konvensional akan disyaratkan deposit sebesar minimum Rp 25 juta, sementara OLT sudah bisa dengan Rp 5 juta ) karena jelas target yang diincar adalah nasabah retail.

Jadi demikianlah, sekarang saatnya ibu ibu, adik adik, rekan rekan muda, untuk tidak takut takut lagi berinvestasi di pasar modal. Ada sarananya, tinggal cari ilmunya supaya resiko dapat diminimalkan. Perlu saya ingatkan,bahwa nasabah OLT wajib membekali dirinya dengan pengetahuan dasar mengenai saham, karena Anda tidak memiliki SE sebagai partner bertukar pikiran. Rajinlah membaca koran bisnis, menonton berita berita ekonomi, perluas pergaulan dengan sesama pemain saham untuk menjaring rumor rumor pasar, dan lebih mantab lagi bila Anda mau mengikuti kursus singkat membaca pergerakan saham secara teknikal dan fundamentalnya. Silahkan memilih lembaga pendidikan / kursus yang kredibel. High Risk, High Return! No Pain, No Gain! Selamat berinvestasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun