Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah serentak yang akan digelar dalam hajatan serentak di bulan November ini sudah terasa gaung dan riuhnya. Pemilihan untuk memperoleh pimpinan Daerah tertinggi dalam jabatan Gubernur untuk tingkat Propinsi dan Bupati / Walikota untuk tingkat Kabupaten. Â
Bagaimana antusiasme kalian semua sebagai warga yang terdaftar dalam Daftar Pilihan Tetap dan sepenuhnya mendapatkan hak untuk bisa memilih Paslon idolanya? Ada kriteria tertentukah di benak pikiran kita masing-masing? Pastinya ada dan silahkan semuanya memilah dengan analisis dan kebutuhan masing masing karena pasti pilihan kita akan ada yang sama dan sudah pasti ada yang berbeda.Â
Tulisan ini hanya akan memberikan pikiran dan analisis sederhana dengan pembahasan ringan mengenai sisi lain dari dinamika politik Pilkada yang kadang terlupakan.Â
Sebagian besar calon yang bertanding di Pilkada adalah mereka kaum Bapak atau pria dengan aura kepemimpinan dan prestasinya. Yang akan sedikit saya ulas disini adalah apakah pasangan calon yaitu istri juga mempunyai aura besar dalam kontribusi kampanye Pilkada? Atau barangkali tokoh perempuan dibalik majunya calon calon pemimpin daerah. Sudahkah mereka memainkan pesonanya untuk publik?Â
Ada beberapa hal yang menarik mengapa pasangan calon juga perlu dilirik dalam kancah politik manis yang harusnya terbungkus apik. Berikut poin poin istimewa tersebut sebagai bahan rujukan warga yang akan memilih dan menggunakan haknya;
1. Kuota pemilih perempuan dalam pertarungan Pilkada termasuk prosentase yang besar baik usia lanjut, usia produktif ataupun pemilih pemula. Prosentase yang bilangan angkanya tidak bisa disepelekan begitu saja dan ini harus dicermati dengan baik oleh Paslon yang maju.Â
2. Masing masing katagori usia tersebut diatas secara random pasti punya selera, pemilihan yang kadang tidak bisa ditebak karena kebutuhan, hasrat dan kadang hanya semacam kepatuhan pada akar rumput tertentu dan barangkali juga semacam mengikuti trending yang ada. Tidak masalah dan tidak apa apa, karena pasangan pendamping atau Ibu Paslon harus bisa menyelami semua karakteristik pemilih tersebut dengan cermat dan penuh Empathy simpatik sehingga bisa memenuhi hasrat calon pemilih dari kuota Perempuan.Â
3. Pasangan pendamping Paslon harus peka terhadap keragaman sosial budaya dan pola pikir dari pemilih perempuan, dengan begitu formula kampanye selama masa musim kampanye Pilkada adalah benar benar jenis kampanye yang sifatnya berkomunikasi dua arah, melibatkan antusiasisme audiens yang menjadi sasaran, memahami tema kebersamaan sepanjang acara bahwa kegiatan yang sedang berlangsung adalah milik mereka, untuk mereka dan juga berhasil saya guna untuk mereka. Kira kira pasangan pendamping Paslon mampu mewujudkan hal tersebut atau tidak ya? Tentu saja harus diujicoba langsung.Â
4. Memilih media komunikasi yang tepat dalam bentuk apapun dengan tema dan bahasa yang ringan, mengena dihati, merangkul warga dan sungguh sungguh menganggap bahwa dukungan partisipasi warga penting adalah poin plus tersendiri.Â
Dari beberapa ulasan poin  ringan di atas sudah bisa dipastikan bahwa pasangan pendamping pastinya juga harus memiliki aura kharismatik yang positif. Energi bekerja dengan tulus, berwawasan dan juga bisa mengelola emosi diri sendiri dan massa dengan lebih bijaksana.  Bagaimana, setuju dengan ulasan ringan ini. Yuuk mari sama sama kita pantau kiprah pendamping Paslon dalam kancah Pilkada 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H