Siapa yang tak kenal kucing. Menjadi peliharaan manis dirumah, berkeliaran di pasar dan terkadang ada juga "kucing jalanan" ; menyusuri , mencari dan mengais makanan di sepanjang jalan. Baik kucing rumahan maupun kucing liar semuanya berwajah imut ketika lahir. Pernah ada kucing hamil tua singgah di gudang belakang rumah saya hanya untuk sekedar "mbrojol" alias melahirkan. Gudang belakang memang ada tumpukan kasang / goni tebal yang hangat dan si emak kucing memilih melahirkan disitu. Untungnya tidak ada ular atau hewan buas lainnya yang mengganggu. Beberapa hari emak kucing tinggal disana dan kemudian pergi "lupa" membawa anaknya.
Inilah sejarah awal rumah saya sempat memelihara dua kucing. Gudang belakang akhirnya rajin kami bersihkan dan nampaknya kucing secara alamiah memilih tinggal disana.Â
Merawat kucing kembar juga tidak terlalu merepotkan. Kebiasaan rutin yang kami ajarkan mereka dari kecil , dengan tujuan agar kucing tumbuh tidak nakal. Untuk makanan kami kombinasikan antara produk makanan kucing cepat saji dan bahan lauk di dapur. Ikan banyar atau ikan kukusan dalam besek termasuk menu yang gampang diolah dan diberikan untuk kucing. Cukup dikukus saja dalam jumlah banyak, dan kemudian simpan dalam wadah rapat dan masukkan kekulkas. Wadah yang rapat membuat ikan kukus. tidak mengeluarkan bau . Perangkat khusus tempat menyimpan makanan, cawan untuk minum dan makan juga alangkah baiknya disendirikan.
Kucing kami termasuk gampang makan minumnya. Susu, teh manis selain air putih si kembar doyan. Boleh jadi ada yang menyiapkan budget khusus sebulannya untuk merawat hewan kesayangan mereka. Tetapi bagi saya budget itu tidak terasa karena berbelanja lauk, sayur, susu dan kebutuhan dapur lainnya adalah hal yang rutin. Dikeluarga juga tidak ada yang doyan daging ayam selain ayam kampung. Kalau ada hantaran, berkat selametan dsb , kucing ikut kebagian rezeki ayamnya. Tempe goreng, sosis goreng yang masih hangat si kembar juga doyan. Herannya kucing kami tak mau makan daging kambing sama sekali. Takut kolesterol mungkin, hehe. Layaknya binatang "teman" dirumah, kadang lucu kadang menjengkelkan kalau hobi keluyuran dolannya kumat. Apalagi saat moment memandikan dengan shampoo bayi. Menghindar kesana kemari layaknya bocah takut air.Â
Saya pernah membaca tulisan, hewan kesayangan kadang pergi meninggalkan kita agar kita tidak terlalu sedih melihat ke"pulangannya" nanti. Teman saya juga pernah bercerita hal yang sama. Dan ternyata hal itu yang dilakukan kembar ketika sudah dewasa.
Terakhir saya merawat kembar ketika kakinya ada yang terluka. Mungkin bermain diluaran sana menginjak sesuatu.Beberapa hari kembar yang satunya juga betah dirumah. Sampai sembuh kembar anteng dirumah saja, dan kadang menemani saya menonton televisi. Hanya duduk manis dibawah kursi kayu panjang diteras itulah kebiasaan kembar yang terakhir, tersisa dalam kenangan. Â Pergi bermain saya kira, seperti biasa. Berhari hari tak kembali baru saya resah. Muncul firasat tiba tiba, mungkin kembar memang sudah waktunya pergi. Pamit lewat kenangan betah dirumah berhari hari. Â "Kabur" hanyalah istilah karena kucing kan tidak bisa berpamitan entah lewat tulisan atau ucapan. Â Ternyata sedih juga ya kehilangan piaraan kesayangan kita. Seperti ada sosok penjaga rumah yang ikut berlalu pergi. Duh....
Tetapi peristiwa haru lainnya juga pernah dialami keluarga kami. 3 kali rumah kami disinggahi kucing dengan berbagai sebab kejadian dan meninggal dirumah. Â Yang pertama, sewaktu masih SMA ada kucing tua yang beristirahat disamping rumah dekat area pot bunga. Kerjaannya hanya tidur saja. Air putih yang kami beri diminumnya, tetapi ikan tak disentuhnya. Ayah saya bilang mungkin kucing sakit tua. Â Dan benar saja, hanya tiga hari beristirahat disamping rumah, pagi ketika hendak membersihkan teras dan menyirami bunga, kucing tamu kami sudah terbujur kaku.
Saya menemani Ayah ketika menggali lubang di kebon belakang dan menguburnya. Kucing ke2 yang meninggal ada di area kebon belakang rumah. Sepertinya habis bertarung entah dengan sesama kucing atau mungkin hewan lainnya. Suatu malam saya mendengar seperti ada keributan dibelakang rumah. Seperti hewan ribut berkejaran. Semula saya pikir kucing mengejar tikus atau mungkin kucing kawin.
Sorenya saat kekebun belakang hendak menengok buah nangka , kucing sudah terkapar dekat dinding. Ya Alloh, teriak saya memanggil Ayah. Â Kucing orang atau kucing liar saya juga tidak tahu. Saya temani lagi Ayah menggali kubur dan memakamkan kucing naas tersebut.
Kejadian ke3 kalinya saat siang hari libur sekeluarga bersantai dirumah saja. Ayah sedang sibuk dengan hobbinya memanfaatkan kayu dan papan bekas untuk dibuat meja ukuran rendah. Dari atas loteng seekor kucing sepertinya berlarian tak teratur. Bunyinya membuat saya beranjak dari sofa depan TV. Sampai di ujung genteng dekat kamar mandi tambahan yang berada diluar rumah terlihatlah kepala kucing yang sudah mendongok terkulai lemas. Samar samar terlihat busa keluar dari mulutnya. Perasaan saya langsung tidak enak campur aduk rasanya. Ayah yang sedang sibuk terpaksa menunda pekerjaannya. Tak kuat melihat saya masuk kembali ke dalam rumah. Kucing keracunan nampaknya.
Ayah memanggil saya keluar saat kucing entah bagaimana caranya sudah ada di tanah dan mati lemas. Benar benar pilu gregetan sambil tak habis pikir darimana kucing kena racun. Rumah kami tak memangsa jerat tikus atau obat tikus dan racun lainnya. Di kebon juga tak ada leng lubang yang kami beri obat tikus. Daripada berpikir kesana kemari, saya akhirnya bersiap kekebon lagi. Menunggu Ayah yang membersihkan tempat kucing mati dan menyiramnya dengan air, saya kali ini lebih khusuk berdo'a. Â Tidak menunggu lama, kucing kami kubur dengan layak. Saya tabur bunga juga di atasnya. Tidak apa apa, begitu nasihat guru agama saya tentang menguburkan kucing yang meninggal mampir dirumah. Tetapi tetap saya tidak kapok kok untuk memelihara kucing yang manis. Kucing manis bukan magis lho yaa.