Kita semua pasti merindukan begitu banyak momen indah yang terlewatkan dan beristirahat sampai entah kapan gegara pandemi covid. MET Gala 2021 yang merupakan ajang fashion  internasional sekelas OSCAR  dan menghadirkan bintang-bintang Hollywood , sebagai acara besutan dari Metropolitan Museum of Art's Costume Institute sebagai penggagas ini, gaya berbusananya mengingatkan kita semua pada parade karnaval 17 Agustusan yang juga tak kalah meriah.Â
   Bukan gaya glamour atau penggunaan material bahan dengan kualitas yang mahal yang akan saya bahas disini. Tetapi kreatifitas peserta dan tambahnya jumlah peserta yang beradu cara memodifikasi gaya dan aneka bahan serta material yang tak lazim digunakan dalam berbusana sehari hari, itu yang ngangenin.Â
   Parade karnaval yang setiap tahunnya melahirkan perancang dadakan baru kelas super lokal ini, sudah pasti membawa nuansa kegembiraan dan kemeriahan berkat atraksinya. Atribut peserta selain memperlihatkan dari mana peserta mewakili terkadang juga tak kalah nyentrik berusaha mengikuti issue global dan yang sedang hits dari netizen 62. Penggunaan bahan Klobot jagung untuk ikat pinggang, aneka benih pertanian misalnya jagung, kedelai, kacang kacangan yang dimasukkan dalam tongkat transparant dan dimodifikasi sebagai tongkat mayoret adalah salah satu kreatifitas peserta. Apalagi aneka ragam mahkota dikepala, mulai dari rangkaian daun nangka, janur kelapa muda dengan aneka bunga warna warni, atau topi pandan dengan sematan kembang turi, dan bunga yang berwarna putih.
   Tak pelak lagi kalau sepakat kita menyebutnya sebagai kreatifitas tanpa batas. Sisa kain atau perca yang dibuat sebagai rok bawahan, tas, dompet juga menambah cantiknya rupa warna aneka pemandangan yang menghibur mata. Seperti halnya juga penggunaan plastik bekas daur ulang sebagai aksesoris tas untuk wadah belanjaan. Untuk menampilkan desain yang lebih glamour penggunaan batik khas motif daerah sering ditampilkan sebagai dress khusus acara pesta, busana kerja dan busana formal. Sepatu sol lepek atau wedges untuk acara yang lebih santai juga diperkenalkan dalam motif rupa warna warni.  Aneka bentuk caping petani dengan lukisan berbagai tema dan motif dilabeli sebagai dress code topi waktu bersepeda. Belum lagi gelang dan kalung  dari berbagai jenis bebatuan dan kayu yang sudah dibentuk sedemikian rupa. Wow , wow banget pokoknya kita sebagai penonton disuguhi aneka rupa dandanan dengan bahan yang dekat dengan keseharian kita.Â
   Kadang juga ada yang tampil lebih eksentrik dengan membuat sayap ala malaikat atau burung dari kerangka bambu dengan kombinasi rafia yangang disisir halus dan dijahit sepanjang karung beras bersih sebagai perlambang kesuburan. Gagasan menjaga lingkungan hidup dan kelestarian alam biasanya terwakili dari ornamen botol bekas yang sudah dibersihkan dan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dijadikan aneka wadah untuk alat tulis,vasbunga, celengan, tempat bumbu dll dalam ukiran kecil dan dipakai melingkar seperti ingkat pinggang. Peraga yang mengenakan tentu saja dipilih dari orang yang ekstra PD ini, karena akan menjadi pusat perhatian.
   Sungguh kenangan yang menyenangkan hati bagi penonton dan peserta parade karnaval karena bisa bergembira bersama. Tentu saja rancangan lokal ini tidak usah dibandingkan dengan rancangan masterpiece karya Didi Budiarjo,Sebastian Gunawan, Tex Saverio dan dalam kenangan Barli Asmara, atau raja aksesoris  Rinaldy yang wah.  Tetapi karya perancang Indonesia ini menurut saya jiga bisa ditandingkan dengan perancang luar negeri lain dalam acara MetGala. Apalagi banyak pesohor Hollywood juga sudah banyak melirik dan memakai karya perancang Indonesia dan tampil memukau setiap tahunnya dimoment prestisius tersebut. Unik, nyeleneh tapi menampilkan karakter bintang adalah trade mark MetGala yang selain parade fashion juga ada rutinitas charity atau penggalangan dana. Makanya MetGala menjadi istimewa.  Layaknya parade karnaval  Agustusan yang juga spesial dihati kita. Yang juga istimewa dengan kreatifitas lokal dan sederhana menyapa penontonnya. Tak lupa juga, pergerakan ekonomi lokal karena setiap hari H, banyak penjual minuman dan makanan ringan dan terkadang juga beberapa cenderamata ikit hadir memeriahkan suasana. Semarak yaa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H