Sewaktu masih berseragam merah putih,
Sekolahku temboknya gampang kusam, kulihat retak dan meja kursinya begitu sederhana memangku kami sepanjang hari , yang harus tekun belajar menghitung...Â
 Agar kami paham uang seratus, limaratus, seribu , duaribu. Agar  kami besar nanti pandai berjual beli hasil padi, ketela, dan jagung dilahan. Begitu pesan sederhana yang kuingat dari mahaguru
Merah putih juga kuingat mengenal tempat lain dari gambar dibuku. Ada bentuk rumah yang berbeda beda. Â Dibedakan pula desa dan kota... dari sejuk hawa temaram lampu, dan terangbenderang hirukpikuknya pagi siang malam yang berlalu.
Bersyukur waktu itu, aku berombongan bisa berlomba . Dan pergi ke kota kecamatan sampai ke gedung Rimba graha.. Â Â Kenangan mabuk darat dan pusing dikendaraan berminyak solar kepunyaan desa, Â yang rela mengantar cita cita sederhana kami semua, itulah yang tak gampang dilupa.
Bahagia rasanya, karena lomba kami ada hasil, sekolah mendapat perhatian tak dipandang sebelah mata. Ibu Pejabat tercinta berkunjung dan kami semua anak didik tercinta minum susu kedelai buatannya bersama sama waktu itu...
Bersalaman dan dielusnya kepala kami sudah buat kami tersipu dan bahahia. Sekolah mendapat kenangan alat bermain belajar kami jadi lebih beragam dan "ngota". Seingatku kemudian dinding sekolah kami dicat baru dan bersih. Â Akupun dapat kenangan baju batik yang kala itu dianggap hadiah luarbiasa
Merah putihku waktu aku masih disekolah tak bisa dinilai harganya. Melihat anak anak merah putih sekarang, aku hanya bisa titip do'a.Â
Semoga jadi generasi yang membawa bangsa lebih berwibawa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI