Mohon tunggu...
Mahbubah mahmud
Mahbubah mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Petualang literasi

Seseorang yang ingin terus belajar dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wanita Semesta

10 Oktober 2020   05:51 Diperbarui: 10 Oktober 2020   05:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahbubah Mahmud

Aku terlahir dari lebatnya hujan, amuk badai, dan kilatan petir
Maka ibuku pekikkan berulangkali takbir, tasbih, dan tahmid
Peluh membanjir
Urat meregang
Tubuh melemah

Aku menggeliat
Menguar tangis

Mata ibuku gerimis
Menyambut penuh kasih
Berkata, aku adalah anugerah yang dirahmati-Nya
Lembut jemari mengelus kulit rapuhku
Sembari merapal ribuan doa

Maka hari ini aku ada
Menjadi halilintar, rembulan, riuh angin, najm yang berpendar, dan sejuta gegap-gempita di sepenjuru muka bumi yang tetap bersimpuh pada telapak kaki ibuku

Hari ini hari adaku
Sejak ribuan hari sejak regang nyawa ibu waktu itu
Kupersembahkan seluruh doa dan segala pujapuji ini untukmu
Wanita terhebat yang selalu ada dalam hidupku

Proling 10 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun