Jatuh cinta adalah hal yang paling mudah di dunia ini. Namun tetap bertahan atau tetap mencintai itu hal yang tersulit.
Betapa membahagiakan ketika seolah-olah kita sedang menemukan seseorang yang tepat pada pandangan pertama.
Perasaan yang spontan sekaligus emosional. Kita bahkan akan menutup mata untuk tahu tentang baik atau buruknya. Cinta semacam ini mendapatkan kritikan dari Socrates. Cinta irasional, begitu Socrates menyebut.
Seiring berjalannya waktu, dinding keterasingan mulai runtuh. Tidak jarang, cinta dan rasa kagum pun memudar.
Tidak perlu muluk-muluk semisal berbicara atau berlaku kasar satu sama lain.
Cinta paling cepat mati karena pengabaian;__menganggap kita tidak ada. Menaruh kita pada urutan ke sekian dari semua urusan.
Dalam kondisi seperti itu, beberapa orang memutuskan untuk pergi, sedangkan yang lain Tetap Mencintai (Standing In Love)Â
Seperti teori yang diungkapkan oleh Erich Fromm,_cinta yang dewasa, yang bukan saling melemahkan, tetapi saling menguatkan untuk hal-hal positif.
Pernahkah kita berpikir, mengapa seseorang masih dipertahankan meski ia begitu mengecewakan?
Seperti ungkapan Maulana Jalaludin RumiÂ
Karena ia melupakan dirinya sendiri;___ yang ada adalah ia yang dicintai. Cintanya adalah sebuah keputusan atau janji untuk menjadikan yang dicintainya layak dan berharga.
Selamat pagi.
Selamat mencintai.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H