“Ah, itu anak,sudah dibilang berkali-kali seperti nggak denger aja.."
"Baru saja dibilangin, kok sudah lupa lagi...payah"
"Ndableg (bandel) banget jadi bocah, aku dulu tidak seperti itu"
"Manggut-manggut sih tapi kok tidak paham ? Nanti bu guru lagi yg dituduh dibilang nggak pernah ngajarin..."
Pernah dengar atau malah melontarkan sendiri kalimat di atas ke anak anda yg masih kecil? Atau murid anda jika anda guru?
Banyak orangtua dan guru yang mengeluhkan bahwa apa yang mereka sampaikan tidak bisa dipahami anak dengan baik. Keluhan biasanya dilanjutkan dengan omelan-omelan seperti di atas.
Nah, mari kita mawas diri lebih dahulu ketika kesalahan komunikasi selalu terjadi, jangan-jangan letaknya ada di kita, yang tidak tahu cara bicara kepada anak. Yg penting kita ketahui dahulu adalah bahwa anak bukan orang dewasa mini. Anak masih mengalami perkembangan baik fisik maupun otak. Jadi cara berbicarapun harus disesuaikan, Ikuti tipsnya berikut ini :
a. Lafal Jelas
Orang dewasa harus mengucapkan kalimat dengan lafal yang jelas. Tidak boleh diseret atau bergumam atau sengau. Lafal yang tidak jelas akan sulit ditangkap oleh kemampuan olah dengar anak yg belum sempurna. Bahayanya lagi, lafal ini akan ditiru oleh anak.
b. Kalimat sederhana dan pendek
Tidak boleh memakai kata-kata yang terlalu berlebihan atau kosa kata yang sulit. Kalimat juga harus pendek. kalau ingin menyampaikan suatu perintah panjang, potonglah menjadi beberapa kalimat dan diberi jeda.
Contoh yang salah :
Dik, kamu itu kalau pulang sekolah, mbok ya bajunya jangan cuma digeletakin begitu saja, memang mama nggak capek apa, itu taruh di keranjang cucian, semua termasuk baju dalam, habis itu ambil baju bersih di lemari, atau kalau masih ada pakai baju tadi pagi.--> hehehe ...saya juga nggak bakal paham kalo diperintah dengan kalimat panjang begini.
Contoh yang benar :
Kalimat panjang pecah jadi 2 atau 3 sesuai subyek
1. Dik, semua baju kotormu letakkan di keranjang cucian ya.
----beri jeda-----lanjutkan dg
2. Dik, ambil baju bersih di lemari.
---setelah selesai----
3.Besok pulang sekolah lakukan yg sama, dik
Nah bagaimana ? Paham kan ? Pada contoh yg benar kalimat no.1 tidak dipakai kata-kata "kalau pulang sekolah", karena posisi anak sudah di rumah.
Jika sifat perintah ini harian, maka ucapkan kalimat no. 3. Jika masih lupa, ulangi saja, lama2 anak akan terbiasa. Atau buatlah jadwal dengan gambar, agar anak tahu urutan kegiatan yang harus dilakukan.
Perhatikan juga bahwa kalimat "jangan cuma digeletakin begitu saja" dihilangkan, karena memberi nilai negatif pada kalimat selain memperpanjang
c. Kosa kata sesuai untuk anak
Pakailah kata-kata sederhana yang mudah dipahami anak. Dilarang keras memakai kata-kata bersayap/kiasan, karena kemampuan berbahasa anak masih terbatas.
Jangan berkata seperti ini : "Nak, andaikan kamu tahu betapa susahnya kita hidup di jaman ini, maka kamu tidak akan menyia-nyiakan segala fasilitas yang bunda berikan kepadamu".
Lebih baik ganti dengan : "Nak, biasakan hemat ya, beli keperluan sekolah dulu saja, yang lainnya nanti"
d. Intonasi Rendah dan Datar
Intonasi tinggi akan memancing emosi anak dan mengaburkan daya pemahaman anak. Sebaliknya, semarah apapun kita, pakailah intonasi rendah dan datar. Kalau kita menegur anak dengan tetap menjaga intonasi rendah dan datar, maka selain maksud lebih tersampaikan, anak juga akan merasakan kontrol ada di tangan kita. Kalau belum bisa melakukannya, misalnya karena teramat marah, maka lebih baik diam, tahan dulu semua kata-kata, menyingkir dari anak sejenak. Nah setelah tenang, kembali ke anak dan sampaikan lagi maksud anda.
e.Tempo pelan
Jangan pernah mengucapkan kata-kata dengan nada cepat. Sangat sulit bagi seorang anak untuk bisa memahaminya. Ingat, mereka baru saja mengenal kosa-kosa kata, masih perlu mencerna dengan baik arti setiap kata. Jadi kalimat yg diucapkan berentetan, sama saja seperti mendengar suara kereta api lewat...cepat, keras dan bablas tak berbekas.
f. Kontak Mata dan Pengulangan
Usahakan mata anak selalu memandang anda saat anda bicara. Itu sebabnya, saya sering menyarankan ibu-ibu untuk agak membungkuk atau bahkan jongkok di depan anak, supaya pandangan mata anak bisa sejajar dengan kita.
Pengulangan juga sangat diperlukan, karena pemahaman anak terhadap bahasa sifatnya masih "pengenalan dini". Itu pula sebabnya ada anak yang minta didongengi cerita yang sama berkali-kali. Selain lebih memahami, mereka juga makin bisa menangkap isi dongeng. Demikian pula saat menjelaskan sesuatu di kelas, jangan lupa pengulangan dan pengulangan.
Nah, bagaimana ? Siap bicara dengan anak-anak kita ? Apa yg saya utarakan di atas adalah hasil pengalaman pribadi selama bertahun-tahun...dan telah sukses diterapkan ke anak-anak saya dan berakhir pula dengan baik. Jadi sudah benar-benar terbukti. Silakan mencoba
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H