Pernikahan adalah perjalanan yang mempertemukan dua orang yang saling mencintai dan berbagi segala hal selama seumur hidup, termasuk tanggung jawab keuangan. Namun, terkadang dalam perjalanan tersebut, ada banyak suami yang masih terlalu fokus pada keinginan dan kebutuhan pribadi mereka, sehingga menafkahi istri hanya sebatas memberi uang seikhlasnya. Contohnya, memberikan hanya sepertiga dari gaji mereka dan menganggapnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan keluarga selama sebulan.
Fenomena ini menjadi semakin umum, di mana banyak suami masih terjebak dalam paradigma egois yang membuat mereka lupa akan tanggung jawab mereka sebagai kepala keluarga. Mereka mungkin menyediakan nafkah untuk istri dan anak-anaknya, tetapi dengan jumlah yang hanya seadanya dan tanpa memberikan perhatian yang layak terhadap kebutuhan keluarga.
Di sisi lain, banyak istri yang diam-diam menghadapi beban hutang konsumtif yang tidak diungkapkan kepada suami mereka. Mereka mungkin tidak cukup nyaman atau tidak ingin mempermasalahkan perilaku suami mereka yang seperti itu. Ketidakcukupan nafkah yang diberikan suami atau ketidakinginan istri untuk menimbulkan konflik dalam keluarga dapat menjadi penyebab utama terjadinya situasi ini.
Seringkali, istri memilih untuk menahan diri dan menutupi beban keuangan yang mereka tanggung, bukan karena mereka setuju dengan situasi tersebut, melainkan karena mereka lebih memilih untuk menjaga kedamaian dalam rumah tangga. Mereka merasa bahwa mengungkapkan kebenaran tentang keuangan keluarga mereka dapat memicu konflik yang merugikan, baik secara emosional maupun finansial. Mereka khawatir tentang bagaimana pertengkaran antara suami dan istri dapat berdampak buruk pada psikologis anak-anak mereka.
Namun, terlepas dari alasan tersebut, penting untuk diingat bahwa memendam masalah hanya akan memperburuk situasi di masa depan. Oleh karena itu, para suami di seluruh dunia perlu diajak untuk mengubah paradigma mereka dan harus belajar untuk menjadi lebih loyal dan jujur kepada istri mereka, terutama dalam hal keuangan.
Sebagai suami, mereka harus menyadari bahwa tanggung jawab mereka tidak hanya selesai dengan memberikan uang untuk kebutuhan dasar keluarga. Mereka juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan keluarga terpenuhi dengan baik, serta menciptakan lingkungan keluarga yang aman, stabil, dan harmonis. Ini berarti mereka juga harus memberikan dukungan emosional, dengan menghargai kontribusi istri dalam keluarga, berusaha untuk lebih memahami, memenuhi kebutuhan serta keinginan pasangan mereka, dan berkomunikasi terbuka dengan istri mereka, termasuk jika mereka menghadapi kesulitan atau keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan begitu, mereka dapat mencari solusi bersama-sama dan bersedia untuk bekerja sama ketika menghadapi suatu masalah.
Lebih dari itu, para suami juga perlu memahami bahwa kejujuran adalah kunci utama dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Mereka harus berani untuk berbicara terbuka dengan istri mereka tentang masalah apapun termasuk keuangan, tanpa takut akan konsekuensinya. Dengan demikian, mereka dapat menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan saling mendukung dalam keluarga mereka.
Bagi istri, penting untuk merasa nyaman dan aman dalam berbicara terbuka tentang masalah apapun terutama tentang keuangan dengan suami mereka. Mereka harus percaya bahwa suami mereka akan mendengarkan dengan baik dan bersedia untuk bekerja sama mencari solusi yang terbaik bagi keluarga mereka.
Dengan demikian, membangun kesadaran akan pentingnya kesetiaan, kejujuran, dan komunikasi terutama dalam urusan keuangan rumah tangga adalah langkah pertama menuju perubahan yang positif. Para suami perlu menyadari bahwa menjadi egois tidak akan membawa kebahagiaan jangka panjang bagi keluarga mereka. Sebaliknya, dengan menjadi lebih loyal, jujur, dan responsif terhadap kebutuhan istri dan anak-anak mereka, mereka akan membangun fondasi yang kuat untuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis.
Ingatlah, Allah membenci orang yang pelit. Rasulullah SAW pun pernah bersabda ;Â "Janganlah kamu bakhil yang menyebabkan kamu disempitkan rezekimu." (HR Bukhari).