Mohon tunggu...
Siti Nur Rahmah
Siti Nur Rahmah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

hobi baca webtoon dan mempelajari hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Hilangnya Nilai Agama dan Kesopanan , Tren "Baju Kurang Bahan" di Kalangan Remaja

12 Februari 2024   11:37 Diperbarui: 16 Maret 2024   20:57 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era yang terus berubah dengan cepat, tren mode menjadi cermin dari perubahan budaya dan nilai-nilai yang mengalami evolusi seiring waktu. Salah satu pergeseran yang menarik perhatian adalah tren baju kurang bahan di kalangan remaja. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah tren ini mencerminkan hilangnya nilai agama dan kesopanan di kalangan remaja?

Pengaruh Media dan Budaya Pop

Tren berpakaian remaja sering kali dipengaruhi oleh media sosial dan budaya pop. Pada zaman di mana informasi tersebar begitu cepat dan aksesibilitasnya semakin mudah, remaja dapat terpapar pada berbagai gambar dan norma-norma baru yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kesopanan yang diwariskan sebelumnya.

Media sosial, majalah, dan selebriti berpengaruh besar dalam membentuk pandangan remaja tentang gaya hidup, termasuk dalam hal berpakaian. Tren baju kurang bahan seringkali dianggap sebagai simbol kebebasan dan modernitas, tetapi juga dapat menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana nilai-nilai agama dan kesopanan dijaga.

Pergeseran Nilai Agama
Hilangnya nilai agama pada remaja yang mengikuti tren baju kurang bahan mungkin tercermin dari pandangan mereka terhadap norma-norma agama. Beberapa remaja mungkin merasa bahwa tradisi dan ajaran agama tidak lagi relevan dengan gaya hidup mereka yang dinamis. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan antara nilai-nilai agama dan tren berpakaian yang diikuti.

Konsep Kesopanan yang Terpinggirkan
Tren pakaian kurang bahan juga dapat menghadirkan tantangan terhadap konsep kesopanan. Banyak orang dewasa mungkin merasa khawatir bahwa pakaian yang lebih terbuka dapat merusak norma kesopanan yang selama ini dijunjung tinggi. Ini memicu pertanyaan tentang sejauh mana remaja mempertahankan nilai-nilai kesopanan dan apakah tren berpakaian yang ekspresif ini dapat diakomodasi tanpa mengorbankan norma sosial yang telah ada.

Solusi dan Kesimpulan
Menyikapi perubahan ini memerlukan pendekatan seimbang. Dialog terbuka antara generasi, pemimpin agama, dan pendidik dapat membantu memahami perspektif masing-masing pihak. Pendidikan agama yang holistik, yang mencakup nilai-nilai moral dan etika, bisa menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan antara tren berpakaian dan nilai agama.

Sejalan dengan itu, penting untuk menciptakan ruang bagi remaja untuk mengekspresikan diri mereka, sambil tetap memahami dan menghormati nilai-nilai tradisional. Dengan demikian, masyarakat dapat mencapai keseimbangan yang sehat antara ekspresi pribadi dan pemeliharaan nilai-nilai agama serta kesopanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun