Sepulang menjenguk Tati, anaknya, di Penjara Saudi, Ibu Ita langsung masuk kamar dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Surat itu diselipkan Tati di tasnya ketika ia akan pulang. Ia keluarkan amplop warna putih dari tasnya dan sejurus kemudian menyobek sampulnya. Dengan perlahan ia keluarkan kertas putih bergaris di dalamnya. Dengan berdebar ia perhatikan tulisan anaknya itu dan mulai membaca baris-baris tulisan itu. Â Â
 Penjara Saudi, 21 April 2018
Assalamu'alaikum,
Emih sareng keluarga
Semoga Emih dengan keluarga dalam keadaan sehat wal afiat.
Emih yang Tati Sayangi, Â
Alhamdulillah Tati di Saudi dalam keadaan sehat.
Tak terasa, Tati hampir delapan tahun sudah mendekam di penjara ini. Karena divonis bersalah telah membunuh majikan. Hari-hari Tati diisi dengan menghafal al-Qur'an. Alhamdulillah sudah 12 Juz yang berhasil Tati hafal. Â Â
Dulu ketika Tati pertama kali kerja ke Saudi, Tati mendapat kerjaan di kota Thaif, sekitar satu setengah jam dari Mekah. Kerjaan Tati setiap harinya mengurus seorang laki-laki tua di keluarga yang kelihatannya terhormat dan terpandang. Â
Emih, Â
Ada yang ingin Tati sampaikan kepada Emih dan keluraga. Tati hapunten pisan, karena masalah ini, Tati tidak  bisa mengirimi  uang ke Emih untuk jajan si ujang dan sekolahnya. Boro-boro membantu keuangan Emih dan keluarga bahkan Tati telah membuat repot keluarga. Sejak vonis itu,  enam bulan gaji Tati belum dibayarkan. Sebelum kejadian yang mengerikan itu, Tati sudah mencoba menanyakan ke majikan tapi katanya belum ada uang. Padahal Tati tahu keluarga ini termasuk keluarga kaya dan seperti orang yang mengerti. Tapi kok tega mereka tidak membayarkan gaji Tati. Padahal katanya dalam hadis disebutkan "Bayarkanlah upah sebelum kering keringatnya".  Tapi entahlah kok mereka seperti tidak tahu hadis itu. Padahal negeri ini tempat dimana manusia paling mulya dilahirkan dan dibesarkan. Tati yakin kalau kanjeng Nabi masih ada beliau akan sangat marah melihat umatnya bersikap semena-mena kepada orang lain yang mengucurkan keringat meringankan pekerjaanya. Â
Emih dan Keluarga yang Tati Sayangi,
Tati kangen Emih dan keluarga semua di Cikeusik Majalengka. Tati kangen Apa yang telah lebih dulu meninggalkan kita semua menghadap Allah. Tati kangen makanan kampung, rangginang, opak, baju-baju daster yang biasa Tati pakai di kampung. Ngobrol bareng temen-temen. Makan bareng di sawah dan semua tentang kampung, Tati kangen Mih. Kalau dalam keadaan seperti ini, biasanya Tati hanya bisa melihat lihat foto-foto keluarga yang sempat Tati bawa ke penjara. Â Â Â Â Â
Emih yang Tati Sayangi,
Kalau merasakan hidup di penjara ini begitu berat, rasanya Tati tidak akan mau berangkat ke Saudi. Tapi memang waktu itu keluarga kita sangat membutuhkan uang hanya untuk bisa menjaga agar nafas tidak terbang. Waktu itu, kita begitu tergiur dengan kata-kata manis yang lebih dekat dengan bujuk rayu agen TKI. Tapi sudahlah ya Emih, mungkin ini sudah menjadi jalan hidup  yang harus Tati lewati.  Â
Emih,
Dulu, sebenarnya Tati mau bekarja di negeri sendiri saja. Ada pabrik sepatu di daerah Subang yang katanya sedang membutuhkan banyak karyawan perempuan. Tapi waktu itu memang untuk jadi buruh pabrik saja harus bayar ini, bayar itu. Harus nyogok sini, nyogok situ. Kalau gak begitu ya kita gak bisa masuk, gak bisa kerja. Padahal gajinya tidak seberapa. Anehnya kok ya bisa masih ada orang yang tega berbuat seperti itu di negeri yang katanya warganya ramah tamah dan pemeluk Islam yang taat. Ya sudah lah Mih kok Tati jadi ngelantur kemana-mana. Â
Emih yang Tati hormati,
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Tati sampaikan ke Emih. Waktu Emih dan Apa menengok Tati di penjara Saudi, Tati hanya bisa ngobrol sedikit, waktu kita sangat terbatas dan memang dibatasi. Tati ingin Emih dan Apa tahu apa sesungguhnya yang menimpa Tati di Saudi. Jadi kalau terjadi apa-apa di kemudian hari dengan Tati, Emih dan Apa tahu cerita yang sebenarnya.
Emih yang Tati Sayangi,
Di Thaif, Tati mengurus seorang laki-laki tua itu Emih dan Apa sudah tahu. Tapi kalau laki-laki tua itu sering melecehkan dan berusaha memperkosa Tati, pasti Emih dan Apa baru mendengarnya. Â Sebenarnya, tidak ingin Tati membuat Emih dan Apa bersedih dan khawatir dengan keadaan Tati. Tapi cerita ini harus Tati sampaikan agar tidak ada kesalahpahaman dan informasi yang tidak benar diterima oleh Emih dan Apa. Â