Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan Berjilbab Lebar, Si Pemungut Sampah

4 Januari 2017   09:36 Diperbarui: 4 Januari 2017   09:40 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi masih ranum ketika aku berjalan-jalan bersama Sisi (anak kami) menelusuri jalan di sekitar rumah kami. Hampir setiap pagi kami jalan, berpapasan dengan tukang sayur, tukang ketupat, nenek yang sedang menyapu, pak tua yg merapikan tanaman, tukang ojek yg sedang menunggu penumpang, tukang odong-odong dlsb. 

Biasanya Sisi kalau sudah melihat tukang odong-odong ia akan minta naik "ayah naik odong-odong" rengeknya dengan mulut monyong. Kalau Sisi sudah meminta naik odong-odong susah untuk "dibebenjokeun" (dialihkan perhatiannya). 

Suatu waktu, sambil memperhatikan Sisi naik odong-odong, ada seorang dengan warna kulit sawo matang gelap, hidung mancung, berkerudung panjang atau sering disebut jilbab Syar'i dan berkaus kaki melintas di sekitar kami. Ia memunguti sampah-sampah kecil di jalan di sekitar kami. Ia kumpulin di tangan. Lalu ia membawa plastik kresek untuk tempat sampah yg dipungutnya. 

Ia terus memunguti sampah. Seperti tidak memperdulikan orang-orang yang ada di sekitarnya yang menatap heran. Abang tukang odong-odong bahkan berkomentar "orang gila kali ya, setiap pagi ngambilin sampah". Saya hanya diam. Teringat cerita nenek pemungut daun kering di halaman masjid di Madura. Ketika ditanya, si nenek menjawab ia punguti daun kering sambil membaca shalawat kepada Nabi. Karena ia merasa tdk punya amal sedikit pun. Ia berharap smoga daun-daun yg ia pungut bisa menjadi saksi kecintaanya kepada Nabi.

Tidak berani rasaya aku menghakimi si perempuan berjilbab panjang itu dengan menyebutnya "si gila" hanya karena ia memunguti sampah. 

Terlintas dalam pikiranku,  mungkin saja si perempuan itu sedang mengamalkan ajaran agama yang mengatakan "Allah itu Maha Suci dan mencintai yg suci" atau "kebersihan itu sebagian dari iman". Atau mungkin si perempuan berhidung mancung itu sedang berdzikir kepada Sang Maha Kuasa dengan bertasbihkan sampah-sampah yang berserakan. 

"Ayah udah naik odong-odongnya"  Sisi ngasih tahu bersamaan musik odong-odong berhenti. Saya tersadar, sudah tidak melihat lagi si perempuan berkaus kaki itu. Mungkin ia telah banyak mendapat sampah sebanyak ia berdzikir.  Ingin rasanya bertanya mengapa ia melakukan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun