Mohon tunggu...
Man Suparman
Man Suparman Mohon Tunggu... w -

Man Suparman . Email : mansuparman1959@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Catatan yang Tersisa dari Kegiatan Berqurban

5 September 2017   07:00 Diperbarui: 6 September 2017   03:41 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEBUT saja namanya, Ny. Isah. Ia merupakan keluarga miskin penghuni baru rumah petak sewaan. Sebelumnya tinggal serumah dengan orang tuanya, namun kemudian memutuskan untuk tinggal di rumah petak sewaan.

Pasangan suami istri beranak dua ini, suaminya setiap hari berjualan gulali di depan sekolah dasar (SD). Keuntungannya tak seberapa, jika hari ini tak jualan, maka keluarga ini kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sekalipun tiap hari berjualan gulali dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya, namun amat sangat jarang dapat memakan daging sapi dan daging kambing atau daging domba.

Menjelang Hari Raya Idul Adha, satu ekor sapi dan dua ekor domba sudah "nongkrong" di depan rumah Panitia Qurban yang bersebelahan dengan komplek rumah petak sewaan tempat tinggal Ny. Isah, yang dihuni tujuh kepala keluarga. Ny. Isah sudah "ambon sorangan" (merindukan sendiri), berkhayal seusai sholat Hari Raya Idul Adha nanti, bakal kebagian daging qurban. Ia pun berencana daging qurban akan dibakar. Hmm, pasti harum dan lezat rasanya, dimakan bersama kedua anak dan sang suami tersayang.

Seusai sholat Idul Adha, pemotongan hewan qurban, seekor sapi dan dua ekor domba berlangsung. Sungguh ramai banget para tetangga dan anak-anak diluar komplek rumah petak sewaan bergembira menyaksikan pemotongan hewan qurban. Daging qurban oleh panitia dikemas menggunakan kantong plastik/keresek, isinya setiap kantong sekitar 2 ons.

Hari pun semakin siang, daging qurban oleh panitia dibagi-bagikan kepada warga masyarakat, tapi tidak kepada warga penghuni rumah petak sewaan hanya yang hanya dihuni tujuh keluarga itu. Ny. Isah yang sangat berharap menanti dengan penuh gelisah ingin segera kebagian daging qurban, namun hingga datang waktu petang yang terus berlalu hingga larut malam menggantang asap, karena tidak diberi bagian daging qurban yang sangat diharapkannya dari panitia.

Esoknya, Ny. Isah bercerita tentang "ambon sorangan" mengharapkan dapat bagian daging qurban dari panitia kepada Ceu Esih, tetangganya sesama penghuni rumah petak sewaan. Kata Ceu Esih yang sudah malang-melintang tinggal berpindah-pindah di rumah petak sewaan, jangan harap mendapat jatah daging qurban, berdasarkan pengalamannya, selama tinggal di rumah petak sewaan belum pernah menerima jatah daging qurban dari panitia/warga di luar komplek rumah petak sewaan.

Ceu Esih juga mencontohkan sewaktu tinggal di rumah petak sewaan milik HAY, setiap Idul Fitri tetangga komplek rumah petak sewaan menyembelih beberapa ekor domba, tetapi semua penghuni rumah petak sewaan tidak pernah diberi jatah atau bagian daging qurban oleh panitia.

Peristiwa seperti itu, sungguh menyedihkan. Kenapa itu, bisa terjadi. Bukankah makna berbagi dalam berqurban, yaitu bentuk kepedulian bagi orang-orang yang tidak mampu seperti mereka, apalagi jika mereka dipandang dengan sebelah mata sebagai orang miskin, karena tinggal di rumah petak sewaan?

Nah jika memang berpandangan seperti itu, mereka jelas-helas merupakan ladang berbagi dalam berqurban, kenapa diabaikan begitu saja.

Boleh jadi, kondisi seperti yang dialami oleh Ny. Isah dan cerita Ceu Eusih, ada yang salah dalam pelaksanaan berbagi dalam berqurban oleh segelintir oknum panitia qurban. Atau mereka memiliki pemahaman atau padangan lain terhadap mereka yang tinggal di rumah petak sewaan, sehingga dianggap tidak perlu memperoleh bagian daging qurban. Atau, memang mereka dianggap warga "asing" atau alasan-alasan lain yang sulit dipahami.

Peristiwa seperti itu, mudah-mudahan tidak terjadi di sekitar rumah tinggal anda yang berdekatan dengan rumah petak sewaan, sehingga tidak mengabaikan mereka yang tinggal di rumah petak sewaan. Berqurban, berbagi untuk orang yang tidak mampu, apalagi mereka yang tinggal di rumah petak sewaan yang secara kasat mata bisa dibilang termasuk ke dalam golongan keluarga yang tidak mampu atau miskin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun