Mohon tunggu...
Man Suparman
Man Suparman Mohon Tunggu... w -

Man Suparman . Email : mansuparman1959@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pergeseran Nilai-nilai Sosial, Segalanya Diukur dengan Uang

13 April 2017   09:58 Diperbarui: 14 April 2017   00:00 2607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemudian jika seseorang memperoleh titipan untuk disampaikan kepada seseorang dan menyampaikan titipan merupakan salah satu amal yang paling baik dan akan mendapatkan pahala di akhirat nanti. Namun sekarang ini, selain titipannya disunat, ditambah masih minta komisi lagi. Perbuatan ibadah untuk memperoleh pahala sudah dilipatgandakan dengan upah.

Nah, begitu juga dalam ruang lingkungan kepegawaian di lingkungan pemerintahan, jabatan bisa dibeli, bukan karena prestasi atau kinerja yang baik, sehingga seseorang dipercaya menduduki jabatan tertentu.

Untuk menjadi anggota dewan perakilan rakyat, untuk menjadi kepala daerah tidak luput dari jual beli suara, artinya money politics sudah membudaya. Tidak sedikit warga masyarakat untuk menentukan pilihan calon pemimpin diukur dengan uang. Tidak ada uang, tidak mendukung atau pindah dukungan ke lain hati yang ada uangnya. Tidak ada uang tidak dipilih.

Boleh jadi, karena segalanya diukur dan ditentukan dengan yang namanya uang, wajar jika banyak yang mengatakan negara ini, sudah tidak berkah, karena segala sesuatunya diukur dengan uang, dan uang. Nilai ibadah, pengabdian, kesalehan sosial tidak ada lagi, karena diukur dengan uang.

Semuanya, karena uang, dengan dalih karena tak ada uang tidak akan jalan. Amal baik di dunia langsung “diuangkan” yang katanya sebagai wujud terima kasih atau balas budi. Jika amal baik di dunia sudah “diuangkan”, apakah di akhirat nanti akan mendapat pahala juga ? Seorang kiai mengatakan, tidak akan mendapat pahala, karena pahalanya sudah dibayar atau diupah dengan uang.

Kampanye kesalehan sosial agaknya harus terus digaungkan seperti yang pernah dicanangkan  Gubernur Jawa Barat, Akhmad Heryawan, namun sekarang nampaknya, gaung gerakan itu, lenyap ditelan bumi, ditelan hiruk pikuknya globalsiasi yang semakin menggerus terjadinya pergeseran nila-nilai sosial. Nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat kian hari, kian menyedihkan. Walloohu’alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun