Mohon tunggu...
Zidna Ilhami
Zidna Ilhami Mohon Tunggu... Editor - Fans garis keras

Hiduplah sesantai mungkin sampai kamu lupa tugas dan kewajibanmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Paslon 02 Menang Pilpres 2024 dengan Suara Meyakinkan

21 Februari 2024   13:54 Diperbarui: 21 Februari 2024   14:07 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: CNBC Indonesia

Masyarakat Indonesia telah selesai menunaikan memilih pemimpinnya untuk memimpin Bangsa Indonesia selama lima tahun ke depan. Bagi negara demokratis langkah ini sangat penting. Mengingat suara rakyat adalah suara Tuhan, bahwa rakyatlah pemilik kekuasaan sesungguhnya. 

Pada titik inilah semua pihak harus memposisikan dengan sewajarnya dan menghormati apa yang sudah diputuskan oleh rakyat. Mayoritas suara rakyat memilih Prabowo-Gibran untuk menjadi presiden selanjutnya menggantikan Jokowi-Ma'ruf yang sudah memberikan berbagai gebrakan untuk meningkatkan martabat bangsa dan mendorong kesejahteraan rakyat semakin merata.
 
Di era yang serba digital, pemilihan presiden sangat menarik, sebab siapa yang terpilih akan menyebar dengan segera ke seluruh penjuru negeri. Di lain sisi keberadaan lembaga survei yang memotret jalannya pilpres dengan sistem quick count-nya menambah pergelaran akbar ini kian menarik.
 
Menyikapi Hasil
 
Pihak yang kalah pemilu tentu harus memiliki sikap ksatria untuk menghadapi dan menghormati apa yang sudah diputuskan oleh rakyat. Sebagai seorang pemimpin tidak boleh memiliki sikap siang beda, sore pun beda. Ini akan menambah ketidakharmonisan masyarakat di akar rumput.
 
Apalagi kandidat yang berlaga tentu memiliki pendidikan yang mentereng dan punya keyakinan besar atas kerja-kerja ilmiah. Sebab hasil dan prosedurnya dapat diukur secara seksama. Pada titik ini, tidak boleh menyangkal apa yang sudah menjadi keyakinan sejak lama itu.
 
Hasil quick count yang memenangkan Prabowo-Gibran harus diterima oleh dua rival tadi. Jika tidak maka, apa yang dikatakan oleh filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, bahwa itu seperti mental budak (bukan mental ksatria). Yakni selalu mencari berbagai alibi untuk menyangkal kekalahan. Mental ksatria sebaliknya, mengakui kekalahan dan menerima kenyataan yang ada.
 
Pada sisi lain, mental yang kurang baik tadi tentu akan menambah runyam ketika bangsa ini sudah siap lepas landas menyongsong kemenangan. Dengan kata lain, sudah sepantasnya pihak yang kalah sesegera mungkin memberikan selamat bagi sang pemenang. Inilah yang disebut sikap sportif. Tentu jika ada permasalahan, maka bawa ke jalur hukum, sebab negara ini adalah negara hukum. Jangan sampai hal tersebut hanya sebagai slogan semata.
 
Pada lain sisi, jika dimana kita amata perbedaan antara hasil quick count dan hasil KPU tidak memiliki selisih yang signifikan. Mari terus pantau hasil pemilu hari ini demi mewujudkan Indonesia lebih maju dan sejahtera rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun