KEKUATAN DALAM KERAPUHAN
"Engkau memberiku kehormatan dengan memberikanku sebutan.[] Engkau yang pertama ku kenal sebelum aku mengenal sesuatu,[] aku menyaksikan tanpa indra begitu kuatnya perjanjian itu ; segala yang dikenal dengan indra bersifat rapuh dan yang di indrai pasti sirna karena suatu identitas akan selalu berimplikasi pada dirinya sendiri maka apapun yang duduk pada kelemahan lemah pula akibatnya."
Kemudian engkau luruhkan aku dari secawan tinta di ujung pena yang sama sekali bisu. Tidak ada cara lain selain duduk diatas singgasana inderawi ketika mana belakangan diketahui tongkat sulaiman dimakan segerombolan rayap yang membuatnya tersungkur jatuh ke tanah, setelah sebelumnya mereka disibukan dengan aktivitasnya barulah mereka sadar kalau selama ini mereka melihat dengan mata yang sebenarnya buta.
Bagaimana kujelaskan cinta yang agung ini? Aku tidak peduli bagaimana rupamu karena aku melihatmu dengan mata yang sebenarnya buta, aku tidak peduli apa yang dikatakan orang tentangmu karena aku mendengar dengan telinga yang sebenarnya tuli, aku tidak hiraukan engkau memanggilku dengan belaian lembut atau kau seret aku dengan rantai ujian bala karena sejak dulu aku merasakan dengan kulit yang sebenarnya mati rasa.
Bagaimana harus kujelaskan cinta seagung itu, mungkinkah orang buta menggambarkan sesuatu kepada orang buta tuli.
by
Abdurahman As sani