Didalam karyanya, semesta ini tak ubahnya setetes air dalam gelembung kecil di samuderanya yang tidak terbatas. ketika cahaya kearifannya memenuhi seluruh kubah bumi, terlihat satu noktah yang di gores pena kesempurnaannya, lalu didalamnya terlihat apa yang ingin dan tidak kau lihat, janganlah terkecoh oleh keduanya karna dari bagian-bagian terkecil dunia ini diciptanya ribuan cermin memantulkan cahaya yang membuat persepsi menyala di matamu, menyusun setiap konstruksi pemikiran dan menata setiap mentalmu.
wahai para pengembara... Kini engkau telah tahu bukan, ia Al Mustafa telah sejak lama datang sebagai penuntun dalam perjalanan maka bersegeralah menuju sumber cahaya sejati bersamanya! seperti bersegeranya Abul basyar dalam sujudnya yang disucikan, seperti munajatnya sang pembuat bahtera yang diselamatkan, seperti kurbannya sang halil yang diabadikan, Seperti seorang yang berbicara dibukit tua, atau seperti Ruh yang di tiupkan kepada seorang dara suci. jika tidak... ketika pantulan cahaya itu memudar, engakau hanya akan tenggelam dalam kegelapan lumpur hitam.
Janganlah sekalipun engkau terpisah darinya  As-siraj Al-Munir! karena pantulan cahaya itu sama fananya dengan merahnya mawar, kendati kebijaksanaan tetap tidak bisa membedakan, salah-salah engkau sampai kepada api yang berkobar yang meluluhkan kuncup bungamu sebelum mekar, patahlah dahanmu kering layu hangus terbakar, akhirnya kau jatuh kebumi jua. dan jika tidak, maka kuragukan itu, kebijaksanaan dan keindahanmu akan menjadi debu.!
by
Abdurohman Sani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H