EKSISTENSI LIYAN DALAM GEJOLAK AKAL
Seseorang akan ada di satu titik dimana ia kebingungan dalam logisitasnya mengenai eksistensi liyan, ketika korelasi subjektifitas dan objektifitas dituntut menjawab pertanyaan yang fundamental seperti "kenapa dan untuk apa kamu hidup?" sementara sebuah nilai sama sekali nihil dari cipta akal, maka segala ihwal yang di 'anggap benar' tidak lagi memiliki konklusi yang harmonis dengan Kaidah-kaidah budi pekerti.
Disamping itu, renjana keingintahuan akan selalu mengapriorikan segala simpul-simpul kebingungan yang mentranspormasi emosi manusia sehingga selalu berhasil mereduksi pertentangan yang mulanya dianggap tidak logis menjadi sebuah keyakinan berupa fabel-fabel budi pekerti yang ajek dan di pertahankan sampai mati, dan seperti 'sebuah alasan untuk hidup bisa menjadi alasan yang bagus untuk mati dalam perjumpaan yang ugahari', meluruhkan segala kenirfaedahan dengan mengelupas cangkang-cangkang kefanaan menuju misteri terjanji.
Catatan :
Secara 'fascal' sebenarnya seseorang yang berakal tidak perlu terganggu dengan eksistensi ketuhanan kecuali orang yang menyalahfungsikan akal seperti "adakah ia atau tidak ada?"
Jauh sebelum teori ini di kenal pascalian yang di kokohkan diatas nama Blaise Pascal seorang pendeta dan filsuf prancis abad ke 16, namun jauh 14 abad silam teori logika ini sudah diperkenalkan terlebih dahulu dalam dunia Islam, yang mana salah satu tokohnya adalah Sayidina Ali bin Abditolib Karomallahu wajhah.
continue...
by
Abdurohman Sani
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI