Mohon tunggu...
Abdurohman Sani
Abdurohman Sani Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa dengan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Exsistensi Lian di Balik Gejolak Akal

23 Desember 2022   16:10 Diperbarui: 23 Desember 2022   16:18 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

EKSISTENSI LIYAN DALAM GEJOLAK AKAL

Seseorang akan ada di satu titik dimana ia kebingungan dalam logisitasnya mengenai eksistensi liyan, ketika korelasi subjektifitas dan objektifitas dituntut menjawab pertanyaan yang fundamental seperti "kenapa dan untuk apa kamu hidup?" sementara sebuah nilai sama sekali nihil dari cipta akal, maka segala ihwal yang di 'anggap benar' tidak lagi memiliki konklusi yang harmonis dengan Kaidah-kaidah budi pekerti.

Disamping itu, renjana keingintahuan akan selalu mengapriorikan segala simpul-simpul kebingungan yang mentranspormasi emosi manusia sehingga selalu berhasil mereduksi pertentangan yang mulanya dianggap tidak logis menjadi sebuah keyakinan berupa fabel-fabel budi pekerti yang ajek dan di pertahankan sampai mati, dan seperti 'sebuah alasan untuk hidup bisa menjadi alasan yang bagus untuk mati dalam perjumpaan yang ugahari', meluruhkan segala kenirfaedahan dengan mengelupas cangkang-cangkang kefanaan menuju misteri terjanji.

Catatan :
Secara 'fascal' sebenarnya seseorang yang berakal tidak perlu terganggu dengan eksistensi ketuhanan kecuali orang yang menyalahfungsikan akal seperti "adakah ia atau tidak ada?"
Jauh sebelum teori ini di kenal pascalian yang di kokohkan diatas nama Blaise Pascal seorang pendeta dan filsuf prancis abad ke 16, namun jauh 14 abad silam teori logika ini sudah diperkenalkan terlebih dahulu dalam dunia Islam, yang mana salah satu tokohnya adalah Sayidina Ali bin Abditolib Karomallahu wajhah.

continue...

by

Abdurohman Sani

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun