Orang tua yang punya anak di tingkat SD kelas 3-6 mungkin pernah mengalami seperti saya ini. Anak minta izin mau pakai internet untuk browshing tugas sekolah. Untuk mencari artikel, dan sudah sering dia lakukan. Seperti kali ini mencari artikel tentang "Rasul Ulul Azmi". Semua kegiatan itu tidak menjadi masalah, seperti beberapa tugas sebelumnya... artikel dengan mudah diperoleh lewat Mas Google. Cukup cek 2 sampai 5 item yang muncul.
Ceritanya akan jadi lain jika tiba-tiba si kakak muncul dengan wajah tertekuk, menahan air mata "Mi...nggak dapet juga, seperti yg 'diinginkan bu guru'. Sempat terperangah juga mengingat pencarian sudah 4 jam, inipun masuk hari kedua, dan besok dikumpul.
Penasaran... saya minta buku pelajaran yang mengacu pada tugasnya. Ditunjukkannya satu alinea kecil yang membahas materi itu, memang ringkas dan kurang lengkap.
Ide guru selalu baik, tapi jika waktu mencari artikel untuk memperjelas satu alinea kecil di pembahasan materi di buku wajib dan harus mengorbankan waktu mereka mempersiapkan ulangan. Mungkin harus ditinjau ulang ya...
Karena tugas seperti ini sering diminta oleh guru di beberapa mata pelajaran, dan kadang sudah melebihi kemampuan siswanya,.... kok saya merasa guru cenderung berkeinginan ortu mesti terlibat dalam pencarian itu. Saya tentu tidak keberatan membantu anak, tapi sepertinya itu bukan konsep tugas mandiri yang baik. Tugas mandiri harus terukur dan mampu diselesaikan oleh si anak. Ketika tugasnya itu sedemikian luas terkesan guru mengambil jalan pintas untuk meng-colect info yg dibutuhkan untuk pengembangan materi lewat orang tua melalui anak. Mengapa? saya amati anak tidak berminat utk mencari tahu, tentang hal yang di-browshing tersebut, tidak ada antusias membaca setelah artikel berhasil didapat. Sering saya rapikan dengan membuat copy satu untuknya, berharap dia paham apa yang ditemukan 'ibunya' dan agar tidak bengong ketika diskusi di kelas. Tapi itu tak terlihat....
Ketika saya tanya, jawabnya....
"enggak ditanya bu guru kok Mi, cuma dikumpul saja"
"Memang tidak didiskusikan di kelas, disimpulkan bersama?"
"Tidak, cukup dikumpul tepat waktu.... dan kata Bu guru... nanti mau dijadiin buku"
"Wah!"
Namanya orang tua, panjang pikirannya.... ya seperti saya ini, banyak jangannya. Jangan-jangan yang kemarin disuruh cari motif batik, karena guru tersebut ditugasi desain batik baru, jangan-jangan materi tentang A karena B.... jangan,,,jangan ini tugas guru yang dilimpahkan ke murid.
Bagaimana tidak? jika saya harus browshing ke sana ke mari, google, yahoo, wikipedia, bolak bailk ganti kata kunci, buka, baca gak cocok, gak pas.... hmm ya mencari, menyunting menggabungkan beberapa artikel... bukan porsi anak SD kelas 5 lagi. Ini persis tugas yang saya berikan ke mahasiswa.... (semoga orang tua mahasiswa tidak mesti terlibat) karena tugas seperti ini memang mampu mereka kerjakan secara mandiri.
Nah ini... jauh melebihi kemampuan siswa. Setelah selesai diapun enggan baca, karena sibuk dengan hapalan materi di buku yang sama dan tentu ditambah alasan tadi.
Bolehlah sekedar berharap, 'tugas murid' ini memang signifikan dengan materi dan tidak out of topic sehingga anak tertarik dan minimal jadi ajang diskusi.... di kelas. Lebih jauh lagi ortu merasa tidak harus ikut dihukum buat pr..... begitu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H