Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Terima Kasih Seribu

10 April 2010   04:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_115083" align="aligncenter" width="480" caption="Tuna wisma, Birmingham ©Mamak Ketol™"][/caption]

Dalam pandangan ortodok, munculnya pengemis merupakan fenomena sosial yang normal. Dikatakan demikian karena selalu ada dalam sistem sosial kemanusiaan tersebut ada individu dan keluarga yang kalah bersaing dalam menempuh kehidupan. Persoalan ini kemudian bergabung dengan nilai kemalasan seseorang, sehingga pengemis itu muncul dari masyarakat miskin. Itulah yang membuat fenomena tersebut hadir di berbagai negara, baik negara maju, berkembang maupun komunis. Singapura yang dipandang sebagai negara maju, tetap memilikii kelompok masyarakat seperti ini. Demikian juga dengan Amerika Serikat. Sering pula dikatakan bahwa di negara komunis hal seperti itu tidak ada. Padahal kenyataannya tidak demikian. Baik di Cina maupun Uni Soviet tetap dijumpai adanya kelompok masyarakat seperti ini. (Sumber: GPB Suka Arjawa, Waspadai Menyebarnya Pengemis sebagai Budaya Sosial)

Sebagai kota terbesar kedua di Inggris, Birmingham tak luput dari keberadaan kaum homeless. Ironisnya, tuna wisma yang ada di foto ini ditemui di daerah Bull Ring Shopping Centre, surga belanja "saingan" London. Dalam situs Birmingham Housing Options, disebutkan bahwa Pemkot Birmingham bertanggung-jawab untuk mencarikan tempat tinggal yang layak bagi para gelandangan. Housing Act 1996 menentukan apakah seseorang layak dinyatakan “homeless” secara hukum. “Untungnya”, tak ada razia yang diberlakukan untuk para gepeng di Inggris. Berbeda dengan di Denpasar. Sudah Miskin, Ditangkap Pula. Awal January 2010, Satpol PP Kota Denpasar telah menjaring 38 pengemis yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak. Petugas Satpol hanya bertugas menangkap. Sementara masalah pembinaan adalah urusan Dinas Sosial. Apa tindakan Dinas Sosial? Menurut Kabid Operasional dan Pengembangan Kapasitas Satpol PP Denpasar I Nyoman Ambara, sebelum dipulangkan ke kampung masing-masing, para gepeng hanya diberi penyuluhan soal agama. Setelah sampai di kampungnya mereka akan membuat rencana untuk kembali mengemis. Dan siklus itu akan terus berulang dan berulang. Bagaimana membina anak-anak tersebut? Membangun taman bermain untuk anak-anak balita? Mungkin tak ada waktu untuk bermain. Lagian, bukankah main ayun-ayunan di pohon lebih mengasikkan dibanding main perosotan dari besi dan plastik berserat gelas? Bukankah naik di atas kerbau lebih seru dibandingkan dengan kuda bo'ong-bo'ongan ala komedi putar? Ah, entahlah. Mungkin kita tak perlu sering-sering berpikir terbalik, menempatkan posisi dalam sepatu orang lain. Selain "bekerja" dengan cara mengemis di kota, mungkin alternatif lainnya adalah menjadi tenaga kerja di "negara Arab". Meski tak sedikit yang mengalami penderitaan, barangkali masih ada di antara mereka yang menikmati secercah kebahagiaan dan kebebasan yang diperoleh dengan mengemis dan bekerja di luar negeri. Kepada siapa kita mesti “marah”? Negara Arab itu? Pemerintah kita? Satpol? Dinas Sosial? Sungguh menyedihkan. Tapi itu adalah realita kehidupan. Mungkin itu pilihan mereka, seperti Gembel yang Hidup di Tong yang ada di tulisan Gibic Rawdep. Terima kasih sang surya, terima kasih seribu. Terima Kasih Seribu Surya bersinar udara segar terima kasih Melati wangi, kutilang nyanyi terima kasih. REFF. Hati manusia pandai mencinta terima kasih Panjatkan doa setinggi surga terima kasih. REFF. Di tepi pantai ombak berderai terima kasih Serimba raya dengungkan lagu terima kasih. REFF. Setiap waktu bisik hatiku terima kasih Sepanjang masa terucap kata terima kasih. REFF REFF: Terima kasih seribu, o trima kasih seribu pada Tuhan Allahku, o pada Tuhan Allahku Aku bahagia karna dicinta terima kasih Sumber teks lagu: gsn-soeki. Mau dengar lagunya? Klik You Tube.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun