Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

“Sharing Connecting” dengan Daun Pelangi

2 Oktober 2010   00:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_275633" align="aligncenter" width="480" caption="Daun Pelangi untuk berbagi dan saling terhubung ©Mamak Ketol™"][/caption] Beberapa Kompasianer sudah menerbitkan artikel yang mengusung tema “sharing. connecting.”. Mereka mengulas dua "kata sakti" yang menjadi tagline Kompasiana dengan cara, pemahaman, penafsiran dan penerapan yang berbeda-beda. Sharing menurut si A bisa jadi berbeda dengan si B atau si C. Pun demikian halnya dengan pengertian connecting. Tiap-tiap pembahas memberikan definisinya masing-masing. Di halaman ABOUT, Kompasiana menjelaskan sekilas bahwa sharing adalah "berbagi", dan connecting adalah "saling terhubung". Adapun konteks penggunaannya adalah Social Media:

Dengan beragam fitur dan fasilitas interaktif tersebut, Kompasiana yang mengusung semangat berbagi dan saling terhubung (sharing. connecting.) telah berwujud menjadi sebuah Social Media yang informatif, interaktif, komunikatif dan mencerahkan bagi setiap orang.

Yang dimaksud dengan media sosial ini tak lain dan tak bukan adalah jejaring sosial atau sosial network yang bernama Kompasiana. Blog keroyokan yang berada di dunia virtual, bukan di (kopi) darat. Keterhubungan sambil berbagi ini penekanannya ada pada Social Media, bukan pada hubungan pribadi atau hubungan sosial di dunia nyata. Meskipun Kompasiana secara periodik menggelar acara kopi darat dalam bentuk blogshop, Kompasiana nangkring, dan MODIS (monthly discussion) yang kapasitas pesertanya berdasarkan quota tertentu. Kalaupun ada kopdar "tak resmi" yang diselenggarakan oleh segelintir Kompasianer, tidak ada keharusan untuk hadir. Namun, ada julukan "Kompasianer Banci" untuk anggota yang tidak hadir dalam "tantangan" kopdar. Bukankah kopdar itu opsional? pilihan? Orang nomor satu di facebook, Mark Zuckerberg pernah mengungkapkan pandangan senada terkait media online. Menurut Zuckerberg orang semakin merasa nyaman bersosialisasi. Adapun informasi yang di-share lebih banyak dan lebih bervariasi:

People have really gotten comfortable not only sharing more information and different kinds, but more openly and with more people - and that social norm is just something that has evolved over time.

Di Kompasiana norma-norma sosial itupun cukup banyak berubah. Kegiatan berbagi dan saling terhubung semakin meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya. Secara umum, Kompasianer cenderung berbagi sesuatu sesuai dengan yang mereka miliki. Mereka pun memilih untuk saling terhubung dengan sosok pilihan masing-masing. Yang memiliki daun merah akan berbagi daun merah; yang memiliki daun kuning akan berbagai daun kuning; dan yang memiliki daun hijau akan berbagai daun hijau, dst. Namun, tak semua orang menyukai warna-warna pelangi itu sekaligus. Ada yang hanya menyukai satu warna, ada yang menyukai dua warna, dan adapula yang memilih campuran antara dua atau ketiga warna tersebut, atau bahkan lebih. Tak hanya berbeda warna, daun-daun itu tumbuh dan muncul dalam berbagai bentuk dan ukuran. Ada yang panjang dan ada yang pendek, ada yang bermotif dan adapula yang polos, tanpa gambar. Semuanya ada penggemarnya. Ada yang suka daun pendek. Ada yang cepat bosan dengan daun panjang. Kesegaran daun-daun itu kadang dipertanyakan. Ada yang masih perawan, masih fresh from the garden, ada yang kering, basah, mendesah dan ... berlendir. Andaikan Paulo Coelho mendaftar di Kompasiana, mungkin dia akan berbagi daun dengan warna tersendiri. “ Well, let's distinguish religion from spirituality. I am a Catholic, so religion for me is a way of having discipline and collective worship with persons who share the same mystery,” kata Coelho suatu ketika. Tak ada yang aneh apabila Coelho mau berbagi dengan orang yang sewarna dengan dirinya. Namun, adalah tidak bijak apabila Coelho berusaha menggiring sesama Kompasianer untuk menyerap dan memakai warnanya. Terlebih apabila pernyataan-pernyataan yang dikotbahkan merupakan generalisasi yang tidak ada dasarnya sama sekali seperti “orang berwarna putih di LN” dan “orang-orang berwarna coklat” yang kurang mendalami warnanya. Katakanlah Coelho memiliki data "akurat" berupa persentasi “bule di LN” yang memilih tak berwarna, dan orang-orang “kita” yang warnanya "pudar", karena kurang bahan atau kurang menggali ilmu tentang warna masing-masing. Heloooo …! Apakah memperdalam PENGETAHUAN tentang warna “selalu” berbanding lurus dengan PENERAPAN warna seseorang? Siapakah kita? Apakah kita seseorang yang patut diteladani bak nabi? Apakah kita sudah patut dijadikan contoh? Apakah kita berhak mengukur kadar spiritual seseorang? Mungkin, seseorang yang aktif dalam kegiatan lintas "ber-pelangi" pun tak dapat dijamin, bahwa praktek "budi-pekertinya" menjadi lebih baik. Mungkin cuma pengetahuan dan wawasannya saja yang bertambah. Jadi bisa dibayangkan apabila seseorang hanya hidup, bergaul, ber-sharing dan ber-connecting dengan satu warna saja. Apakah kehadiran seseorang secara rutin di satu tempat "suci" dan aktif mengikuti kegiatan "warnanya" merupakan alat ukur? Alat ukur yang kita ukur dengan ukuran kita? [caption id="attachment_275641" align="aligncenter" width="480" caption="Bagaimana daun Anda hari ini? Basah dan segar? Atau mendesah dan berlendir? ©Mamak Ketol™"][/caption] Alangkah indahnya pelangi apabila berbagi dan saling terhubung itu kita maknai ulang. Biarlah daun pelangi itu, apapun warna dan bentuknya, menjadi jembatan yang menjadi dasar untuk memahami warna masing-masing, dan untuk mempertipis perbedaan dan kesenjangan. Yuk mariii ... kita tingkatkan toleransi dan solidaritas dengan "adil". ♥ FYI: Tanggal 2 Oktober adalah International Day of Non-Violence. ♥ ♥♥ Hari ini genap sembilan bulan Mamak Ketol ber-Kompasiana! ♥♥ ♥♥♥ Tulisan terkait dapat dibaca di artikel dengan tag UltahKetol. ♥♥♥

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun