[caption id="attachment_199499" align="aligncenter" width="480" caption="Enrique Grass and Jenny Dew ©Mamak Ketol™"][/caption] Jam menunjukkan pukul enam pagi, ketika Jenny Dew mengenakan pakaiannya kembali. Ada kelelahan yang tersisa di lingkaran kantung matanya yang menghitam. “Aku harus pergi,” kata Jenny seraya mengecup pipi Enrique Grass. “Tak bisakah engkau menunggu barang sejenak,” pinta Enrique sambil berusaha untuk mendekap Jenny lebih erat. “Maaf Enrique, tubuhku semakin berat. Mungkin sebentar lagi aku akan tergelincir ke bumi," Jenny berkata lirih sambil memalingkan pandangannya ke pohon akasia. “Bertahanlah sebentar lagi. Tunggulah sampai matahari terbit. Masih banyak waktu sebelum tubuhmu menguap,” Enrique merenggangkan pelukannya. “Hidupku tak akan lama, Enrique. Sama seperti kehidupan manusia. Socrates pernah bilang, Man's life is like a drop of dew on a leaf,” tegas Jenny sembari menggeser tubuhnya. “Jenny, menarilah bersamaku. Rabindranath Tagore sempat berkata, Let your life lightly dance on the edges of Time like dew on the tip of a leaf. Please, pretty please ...,” seru Enrique memelas. “Aku harus pergi Enrique. Aku punya komitmen dengan Father Earth. Aku harus segera menemuinya. Seperti yang pernah diungkapkan James Womack Commitment unlocks the doors of imagination, allows vision, and gives us the "right stuff" to turn our dreams into reality,” bisik Jenny lirih masih berusaha untuk menghindari tatapan mata Enrique. “Aku berjanji padamu, Jenny. Aku akan meninggalkan padang Savana ini untuk dapat selalu bersamamu. Aku akan membawamu ke pulau terpencil dan kita akan memulai hidup baru di sana. Hanya kita berdua," Enrique berkata dengan suara serak. “Maaf, Enrique, aku sudah menanda-tangani prenuptial agreement. Pengacaraku sudah menyakinkan pengacara tunanganku bahwa tak akan pernah ada perselingkuhan setelah hari pernikahanku di musim dingin. Perlu kukutip kalimat Little Richard, And I'd like to give my love to everybody, and let them know that the grass may look greener on the other side, but believe me, it's just as hard to cut. Aku terikat,” kata Jenny sambil menatap mata Enrique dengan tajam. "Kuharap kau mau mempertimbangkan usulanku ..., Jenny." “Aku sudah mengalami jatuh-bangun, Enrique. Aku sudah pernah mencair, mendidih, membeku, menjadi salju dan sebentar lagi aku bakalan menguap, Peter F. Drucker mengingatkanku bahwa Unless commitment is made, there are only promises and hopes; but no plans." "Tapi ... Jenny ...," rengek Enrique sambil berurai airmata. "Keputusanku sudah bulat, Enrique. Perjanjian pernikahanku yang pertama merugikan aku. Kekayaan mantanku memang melebihi kekayaanku. Aku terlalu bodoh untuk menerima pengacaranya sebagai pengacaraku juga. Ketika itu wujudku berupa cairan. Karena tak punya pilihan lain, terus terang saat itu aku menurut saja mengikuti bentuk tubuh wadahku. Aku tak mampu membayar pengacara. Aku perlu pengacara hanya sebagai formalitas. Mantanku lah yang membayar pengacaraku dan aku berada di pihak yang "lemah". "Kukira kau sangat menikmati kebersamaan kita semalam. Marry me, Jenny. Tak akan pernah ada perjanjian pernikahan antara kita. We trust each other," kata Enrique sambil terus terisak. "Maafkan aku, Enrique. Sepuluh tahun yang lalu aku memang hanya punya satu property. Kini total kekayaanku mungkin jauh lebih besar dari gabungan aset calon suamiku dan asetmu Enrique. Dan satu hal lagi ... hutang calon suamiku tidaklah sebanyak hutang-hutangmu. Good bye … Enrique.” “Jenny … tunggu!” teriak Enrique histeris. Embun itu keburu jatuh dan meninggalkan sehelai rumput itu terangguk-angguk segugukan.
One Night Stand (Enrique Iglesias) Sumber: ashcoolshivam (You Tube)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H