Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jerry Can (1 of 3)

10 Maret 2010   03:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:31 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_90104" align="alignright" width="225" caption="Only 9.95? ©Mamak Ketol™"][/caption] Jerry Can! Yup, kata ini berasal dari sini. Jerry can bisa juga ditulis dengan jerrycan/jerrican/gerry can – asal kata ini. Kata ‘jerry’ sendiri, merupakan sebutan untuk Jerman sebagai bangsa dan negeri. Berdasarkan sejarahnya, jirigen diciptakan untuk menampung bahan bakar. Terbuat dari besi baja dan berkapasitas 20 liter. Sewaktu Perang Dunia II, atas perintah Hitler, pihak Jerman menciptakan jirigen ini untuk persiapan perang dan bermanuver. Jerry Can! Pada zaman dahulu sekali. Waktu Mamak Ketol masih kecil sekali. Di rumah Mamak Ketol ada jirigen besi. Aslinya berwarna merah, si(h). Tapi, lama-kelamaan bercampur coklat tua, hitam dan karat besi. Berukuran 20 liter dan dipakai berkali-kali. Untuk menyimpan minyak tanah kami. Bukan untuk berperang atau maki-maki. Tapi untuk menanak nasi. Keluarga kami, sudah biasa sekali. Memakai kompor minyak bumi. Kami berlangganan minyak tanah di warung Babah Ali. Bisa pesan, atau ambil sendiri. Jerry Can! Di masa kini, tak hanya terbuat dari besi. Ada plastik warna-warni, dan kaleng penampung oli. Jerry Can! Dipergunakan untuk menampung cairan itu dan ini. Air murni. Atau minyak goreng nabati. Ada juga karbol wangi. Trus ada apa lagi …? Silahkan isi sendiri. Atau dikomentari. Artikel terkait: Bagian 2: Jirigen Nangkring di Kompasiana Bagian 3: Acting Dirigent

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun