[caption id="attachment_210132" align="aligncenter" width="488" caption="Hujan Hadiah ©Mamak Ketol™"][/caption]
Sumber ilustrasi: Screenshot dari Kompasiana. Jauh-jauh hari, Mamak Ketol sudah mewanti-wanti Sarimin, untuk bertapa selama 100 menit. Mamak Ketol sudah mengantisipasi kemungkinan adanya "crashed", dan memutuskan untuk tidak mendaftarkan Sarimin. Nasi sudah menjadi bubur, apakah baru mau memaafkan "jika dan hanya jika" seseorang meminta maaf? Adalah hak setiap peserta untuk "menuntut" maaf, dan (masih) mengharapkan hujan (hadiah) dari langit. Tapi apakah harus dengan membuang air di tempayan? Waspadalah, waspadalah: Tak ada salahnya untuk terus berharap, BUT, don't count your chickens before they are hatched. (Jangan menghitung anak ayam, sebelum menetas. Terjemahan bebas: belum beranak sudah ditimang). Catatan: Anda perlu vote? Silahkan, Monggo, Please, cantumkan link tulisannya di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H