Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Bengong

8 Maret 2011   16:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:57 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_94125" align="aligncenter" width="680" caption="Nama dan fungsi bangunan ©Mamak Ketol™"][/caption] Tanggal 2 Maret yang lalu adalah ulbul Mamak Ketol yang ke-14 di Kompasiana. Hari itu dijadikan momentum bengong seharian. Membayangkan dirinya duduk-duduk, leyeh-leyeh sambil makan rujak cuka di Sanur, tepatnya di Balai Bengong yang merupakan bagian dari museum Le Mayeur. [caption id="attachment_94126" align="aligncenter" width="480" caption="Balai Bengong - Museum Le Mayeur ©Mamak Ketol™"]

12991602131731102711
12991602131731102711
[/caption] Museum itu dulunya adalah rumah pribadi pelukis asal Belgia itu. Pada tahun 1957 rumah beserta 80 koleksi lukisannya diserahkan ke pemerintah Indonesia. Di Balai Bengong inilah pelukis berdarah bangsawan itu biasa ber-bengong-ria, mencari inspirasi dan melukis. Tentu saja Ni Pollok, istrinya yang berdarah Bali itu yang acapkali menjadi modelnya. Kalau sang maestro lukis itu “bengong” untuk berkarya, Mamak Ketol melakukannya untuk bengong beneran. Bengong, karena secara kuantitas tulisan Mamak Ketol berkurang. Total jendral di bulan Februari hanya ada 3 tulisan. Angka terendah sebelumnya adalah 6 (Agustus 2010) dan tertinggi 14 tulisan (Mei 2010). Anggap saja menyesuaikan dengan jumlah hari di bulan Februari yang hanya 28? Hehehe … Bengong, ketika trend undur diri dari Kompasiana yang sudah mereda, tiba-tiba ada Kompasianer pamit karena kecewa. Menurut penuturannya, tulisannya di Kompasiana sudah diedit, disadur dan diterbitkan di tempat lain. Sementara itu ada Kompasianer lain yang mencoba berpikiran positif ketika tulisannya yang bertema agama dihapus setelah ada pemberitahuan dari Admin. Wah wah wah bengong lagi … seperti apa sih tulisan “agama” itu? (Salut dah sama Kompasianer tersebut.) Selain artikel “agama” ada Kompasianer yang puisinya dihapus karena judulnya kepanjangan dan “tidak bermanfaat bagi khalayak ramai”. Sepertinya keputusan pengelola tidak dapat diganggu-gugat. Begitupun dengan penjurian lomba. Lomba adalah lomba. Apakah ada syarat bahwa peserta lomba hanya berlaku pada Kompasianer yang belum pernah “plagiat tanpa izin”? Lagian, yang ditenggarai “plagiat” itu … apa mesti pake acara kulonuwun ya … Duh bengong lagi. [caption id="attachment_95060" align="aligncenter" width="652" caption="Tanda serunya raib"]
12995964051093536187
12995964051093536187
[/caption] Mamak sendiri sempat terbengong ketika judul tulisan “Keju pun Ada Museumnya!” akhirnya harus rela kehilangan tanda seru secara misterius. Kalau penggunaan huruf besar di judul memang sudah ada tatibnya. Tapi kalau penggunaan tanda seru? Yaaa … sudahlah. (Sukur-sukur ngga dihapus semua, Mak!) Bengong, karena sadar bahwa meskipun bukan “gelandangan”, Mamak Ketol ternyata masih numpang ngeblog di Kompasiana. Asiknya, kalau mau pesta ulbul tujuh hari tujuh malam pun ngga dilarang. Untungnya … Mamak ngga perlu sewa gedung, atau izin dari RT atau kepolisian. Andai saja Admin mau memakai tag “ultahketol”, pastinya Mamak senang sekali. Apa sebaiknya Mamak memakai tag “ultahketolkompasiana” ya … agar pengelola atau pembaca lain ikut merasa memiliki? Kan katanya “sharing-connecting”, hehehe … Bengong, karena ada yang “uring-uringan” melihat HL yang nangkring selama dua minggu. Kalau dulu orang-orang di “kampung” kurang “sreg” dengan puisi mantan kuli tinta, kini yang diributkan sepertinya bukan penulis tamunya tapi “ke-HL-an” puisi/prosanya. Seandainya HL yang nangkring lama tersebut adalah tulisan dari “orang dalam” kampung, apakah reaksinya akan sama? Mungkin sebaiknya Mamak simpan kebengongan Mamak. Adakah “orang Inggris” yang kebakaran jenggot karena HL English bisa ngedon sampai sebulan lamanya? Adakah protes dari kanal “muda”, karena tak ada HL satupun? Daripada bengong kayak amuba, mendingan kita mencoba untuk keluar kampung/desa/negara kita, agar bisa melihat dunia luar kampung/negara yang penuh warna. Biar kita bisa menghargai Kompasianer di kampung sebelah yang “mumpuni” menulis di luar “kepakarannya”. Mari kita tempatkan semangat “kampungisme” kita pada porsinya. [caption id="attachment_94127" align="aligncenter" width="400" caption="HL sejak bulan Mei 2010 - Screenshot dari Kompasiana"]
1299160578466856125
1299160578466856125
[/caption] Pernah melihat HL selama 9 bulan? Ya … inilah yang membuat Mamak Ketol bengong. Tapi kali ini mungkin ada kealpaan menghapus “page” extra oleh pihak pengelola. Tulisan Ria Tumimomor yang terbit tanggal 3 Mei 2010 masih menjadi HL hingga kini. Lihat saja di link kanal Ekstra (lihat lingkaran merah di sebelah “Kirim Tulisan”). Dan tulisan Mamak Ketol dengan judul From Barclona to Bibir then Cinta pun masih masuk dalam daftar tulisan terbaru. [caption id="attachment_94129" align="aligncenter" width="640" caption="Letak Kanal EKSTRA di Kompasiana Lama - Screenshot dari Kompasiana"]
12991610371321652859
12991610371321652859
[/caption] "Penemuan" ini tertangkap mata secara kebetulan. Ketika mengalami kesulitan login dan sempat mendapat notifikasi “email atau password salah” di awal bulan Maret, tiba-tiba saja mata Mamak Ketol tertumbuk pada tulisan "Ekstra". Secara iseng Mamak Ketol mengklik kanal yang sesungguhnya sudah almarhum itu. Kalau bulan lalu Mamak sempat termehek-mehek dan sekarang jadi bengong, sebagai penutup, Mamak mau senyum simpul aja, mengingat jasmerah, agar sejarah (buram) tak terulang lagi. Hari Bersih dan Hari Fiksi adalah suatu gerakan yang positif, pada HARI H-nya. Bagaimana kalau kita galakkan Hari Bengong 24/7? Dan menilai tulisan Mamak ini dengan “terbengong”? Bersatu kita ngakak, merating kita kompak! (Mak! Mak! Kok pake ngajarin merating segala?)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun