[caption id="attachment_110126" align="aligncenter" width="680" caption="Masterpiece ©Mamak Ketol™"][/caption] Tentu saja! Namun, hanya Wayang Kulitlah yang ditunjuk dan diakui oleh UNESCO sebagai wayangnya Indonesia. Pada tanggal 7 November 2003, Wayang Kulit dinyatakan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity (maha karya dalam bidang cerita narasi dan warisan umat manusia yang berharga”). Di Indonesia, Wayang Kulit sendiri lebih identik dengan seni-budaya dari pulau Jawa terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun ada juga Wayang Kulit dari Sumatera, Kalimantan, Lombok, Bali, Betawi dan bahkan Suriname. Kata “wayang” berasal dari kata Ma Hyang yang mengacu kepada Yang Maha Esa. Sesuai dengan namanya, Wayang Kulit terbuat dari kulit yang umumnya dari hewan kerbau. Bagian tubuh wayang dilengkapi dengan pegangan berupa tangkai dari bahan tanduk, dimana bagian tubuh seperti tangan dan kakinya dipasang sekrup yang juga terbuat dari tanduk kerbau. [caption id="attachment_110206" align="aligncenter" width="723" caption="Studio mini dengan beberapa TV (kiri) berikut langit-langit yang unik (kanan) ©Mamak Ketol™"][/caption] [caption id="attachment_110128" align="aligncenter" width="480" caption="Arjuna ©Mamak Ketol™"][/caption] Berdasarkan tradisinya, Wayang Kulit biasanya digelar secara langsung pada malam hari dengan bantuan penerangan yang menghasilkan bayangan wayang di layar. Kini wayang bisa hadir dalam bentuk lain. Wayang “modern” bisa juga tampil dalam format 3D. Menurut petugas di Museum Wayang, film pendek karya anak bangsa ini merupakan satu-satunya di Asia Tenggara yang dapat ditonton tanpa menggunakan kacamata 3D. Tayangan berdurasi 10 menit ini hanya memperkenalkan beberapa tokoh wayang dari kisah Mahabharata seperti Arjuna, Bima, dan Srikandi. Dalam rangka Hari Museum Sedunia (hari ini Rabu 18 Mei), kita kunjungi Museum Wayang, yuk! Paling Indonesia Berbau Belanda? Terletak di kawasan Kota Tua tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta, Museum Wayang menempati bekas bangunan gereja peninggalan Belanda. De Oude Hollandsche Kerk atau Gereja Lama Belanda dibangun pada tahun 1640. Hingga tahun 1732, gereja ini dipakai sebagai tempat beribadah warga negara Belanda yang tinggal di Jakarta (dulu Batavia). Setelah mengalami perbaikan, pada tahun 1933, gereja ini berganti nama menjadi De Nieuwe Hollandsche Kerk (Gereja Baru Belanda). Gempa bumi di tahun 1808 menghancurkan gereja. Di atas reruntuhan itu kemudian berdiri gudang kepunyaan Geo Wehry & Co. yang sempat direnovasi pada tahun 1912. Pada tanggal 14 Agustus 1936, tanah dan bangunan ini ditetapkan menjadi monumen yang kemudian dibeli oleh suatu lembaga penelitian yang dikenal dengan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen ( BG ). Setahun kemudian, pusat penelitian ini dijadikan De Oude Bataviasche Museum (Museum Batavia Lama). Bangunan bersejarah yang sempat terbengkalai sejak jaman pendudukan Jepang hingga setelah kemerdekaan RI ini akhirnya berganti nama Museum Jakarta Lama pada tahun 1957. Tiga tahun kemudian namanya berubah menjadi Museum Jakarta (ngga pake “lama”). Pada tahun 1968, gedung ini sempat dijadikan kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Adalah Gubernur Ali Sadikin yang menggagas dan kemudian meresmikannya sebagai Museum Wayang tanggal 13 Agustus 1975. (Sementara itu Museum Jakarta sudah menempati lokasi baru di Jakarta Barat dan berganti nama menjadi Museum Sejarah Jakarta.) Koleksi dan Peninggalan Bersejarah Ada sekitar 5400 benda seni dan budaya yang dipajang di museum ini, termasuk wayang dari China dan Kamboja. Tak hanya wayang yang terbuat dari kulit, tapi juga yang dibikin dari bahan “lembut” seperti, kardus, rumput, pandan, janur, dan yang berbahan “keras” seperti bambu, seng dan tembaga. Perlengkapan mendalang seperti gamelan pun dapat ditemukan di museum ini. [caption id="attachment_110130" align="aligncenter" width="683" caption="Ki-Ka: Hanoman, Pak Ogah dan Gatot Kaca ©Mamak Ketol™"][/caption] [caption id="attachment_110131" align="aligncenter" width="480" caption=""Wayang Londo" ©Mamak Ketol™"][/caption] Selain wayang ada juga koleksi topeng serta boneka dari Eropa, dan negara lain seperti Vietnam, Thailand, Kolombia, Suriname dan India. Ada boneka Unyil berikut tokoh-tokoh dalam serial Unyil, temasuk Pak Ogah (?) dengan “rambutnya”. Ada patung yang hadir dalam sosok Hanoman yang diukir dengan gaya Bali; patung Bima yang dipajang dalam kaca, dan sosok Gatut Kaca yang digantung di langit-langit. Selain itu terdapat diorama Simpingan Wayang Kulit dan diorama Ruwatan ala Solo serta beberapa lukisan yang bertemakan wayang. [caption id="attachment_110132" align="aligncenter" width="480" caption="Prasasti Jan Pieterszoon Coen ©Mamak Ketol™"][/caption] Tak dapat disangsikan, bahwa wayang yang asli Jawa itu adalah salah satu warisan budaya yang "Indonesia banget". Wayang yang dalam perjalanan sejarahnya dipengaruhi ajaran Hindu dan Islam, kini sebagian dilestarikan dalam gedung bekas gereja, peninggalan mantan penjajah pula. Bagian dari gereja lama dan baru yang masih utuh dan dibiarkan adalah taman terbuka. Di taman ini terdapat 9 prasasti berupa makam petinggi Belanda. Satu diantaranya adalah Jan Pieterszoon Coen. Lorong-lorong yang panjang serta langit-langit yang tinggi memberi nuansa rumah ibadah yang cukup kental. [caption id="attachment_110133" align="aligncenter" width="754" caption="Lorong setelah pintu masuk (kiri) dan lorong ke luar (kanan) ©Mamak Ketol™"][/caption] Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya Ma Hyang (asal kata “wayang”), adalah jalan menuju Yang Esa yang mungkin menjadi tujuan umat “manusia banget”, tanpa melihat dan mempermasalahkan “bangetnya” suatu bangsa, suku, kasta, agama atau aliran kepercayaan. Mengunjungi Museum Wayang, mengapresiasi pertunjukan wayang dan mempelajari sejarah museum sesungguhnya membukakan mata kita bahwa perbedaan itu … betapapun lebarnya akan membiaskan warna yang lebih cerah, tanpa perlu pengkotak-kotakan; bahwa museum itu bisa dijadikan "sekolah" - tempat belajar tentang banyak hal - tanpa harus mengatas-namakan “paling Indonesianya”. Apabila Anda ingin menonton film 3D berdurasi 10 menit datanglah pada akhir pekan. Apabila Anda tertarik untuk menyaksikan pagelaran wayang secara langsung kunjungilah museum pada minggu ke 2 atau ke 3. Selamat Hari Museum Sedunia! Tulisan terkait museum: 1. Museum Buleleng Dalam Gambar 2. Wearing Corsets in Bath? Why Not! 3. Keju pun Ada Museumnya! 4. Le Mayeur di Mataku Referensi: Wikipedia dan Museum Wayang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H