Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Carpe Diem, Jangkar!

20 Juni 2010   23:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_172746" align="aligncenter" width="480" caption="Terdampar adalah anugrah ©Mamak Ketol™"][/caption] Cahaya Sang Surya yang hangat menerpa sekujur tubuh Jangkar. Semilir angin pantai dengan keharumannya yang khas secara perlahan menyeruak masuk ke rongga pernafasannya. Jangkar belum juga terjaga. Kedua pelupuk matanya masih terpejam. Secepat kilat Sang Dewi menangkap momen itu. Dikecupnya bibir Jangkar dengan mesra. Jangkar terbangun, tersenyum lebar dan berujar, “Selamat pagi, Dewiku!” Celoteh dan kicau burung di pepohonan terdengar semakin nyaring, seolah-olah menyambut senyum riang yang terukir di kedua sudut bibir Jangkar. Di kejauhan terdengar deburan ombak yang berlari-lari kecil menuju pantai. Jukung yang terayun-ayun di tepian pun turut memeriahkan suasana pagi. Sambil menyipitkan matanya, Jangkar mencari-cari sosok lelaki muda. Kebiasaannya semenjak terdampar di pantai ini. Nun di bawah pohon ketapang tampak sosok Horas. Sepagi ini sudah cukup panjang pantai yang dikerjakannya. Setiap pagi, tugas Horas adalah membersihkan pasir dengan garu. Pasir di pantai itu kini membentuk gelombang yang sangat artistik. Lekukan-lekukan indah itu tak ubahnya seperti ombak pasir yang tampaknya sangat menantang untuk ditaklukkan. [caption id="attachment_172750" align="aligncenter" width="500" caption="Carpe diem, Horas! ©Mamak Ketol™"][/caption] Meski baru saja dirapihkan, sudah ada jejak-jejak kaki yang berselancar di pasir berombak itu. Mungkin bekas pijakan kaki Horas sendiri. Horas, pegawai tetap di kompleks hotel berbintang itu pernah bertutur tentang lahan penduduk, termasuk tanah turun-temurun keluarga besar Horas. Pantai yang dulunya adalah tempatnya bermain-main, kini telah menjadi tempatnya bekerja! Horas yang berpendidikan D3 itu adalah tukang sapu pantai. Carpe diem, Horas. Jangkar mencermati ada sepasang tapak kaki yang tercecer panjang, mulai dari hotel menuju pantai. Di pantai yang lengang itu dilihatnya seorang lelaki muda, seumuran Horas. Sesaat kemudian, lelaki itu sudah berada jauh di tengah laut. Diperhatikannya lelaki “bule” yang sedang asyik bermain parasailing itu. Ombak dan angin yang bersahabat menjadi semangat untuk berolah-raga. Carpe diem! [caption id="attachment_172753" align="aligncenter" width="500" caption="Bermain dengan ombak ©Mamak Ketol™"][/caption] Jangkar berjalan menyusuri pantai. Gemuruh ombak sambar-menyambar. Kakinya basah. Ada benda yang menarik perhatiannya. Tak begitu jelas wujudnya. Seperti kapal mainan dari kayu. Mungkin sesuatu yang dilarung di pantai. Benda itu tampak terombang-ambing. Terpaan air yang memerciki benda itu menguntai sebuah melodi nan mempesona sekaligus melenakan. Sesekali tonggak kayu itu turut meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang tercipta seketika. Carpe diem! Jangkar tersenyum. Sumringah mengenang masa mudanya. Sewaktu Jangkar masih gagah. Sewaktu Jangkar masih kuat berlayar mengarungi samudra luas. Berteman dengan burung camar dan ombak kecil. Bergulat dengan gelombang yang ganas. Berlabuh di dermaga dan menenggelamkan diri di dalam dasar laut yang dingin. Kehidupan masa lalu yang sangat dinikmatinya. Kini sudah menjadi kenangan indah yang sangat dinikmati dan disyukurinya. Tak sedikitpun pernah disesalinya. Sang Dewi sudah bertahta tinggi. Jangkar meninggalkan “kapal-kapalan” yang masih betah bercanda dengan air. Jangkar memutuskan untuk kembali ke tempatnya semula. Sungguh, terdampar di pantai adalah suatu anugerah. Carpe diem!

Seize the Moment (Anggun C. Sasmi) Sumber: White17e - You Tube. Dari arah restoran, sayup-sayup terdengar suara Anggun mendendangkan Seize the Moment. Every time I breathe, I won't let second pass me by Seize the moment and I won't release it or leave it Every time I breathe Seize the moment and I'll never let go. Lagu yang diterjemahkan bebas dengan Sebelum Berhenti ini merupakan salah satu lagu dari album Elevation yang dirilis dua tahun yang lalu (2008). [caption id="attachment_172843" align="aligncenter" width="500" caption="Seize the moment ©Mamak Ketol™"][/caption] Jangkar turut mendendangkan lagu itu. Pandangan Jangkar menerawang jauh. Samar dilihatnya dua orang wanita berjalan bergegas menuju restoran. Mungkin mereka akan menyantap sarapan pagi. Tiba-tiba saja angin laut mempermainkan ujung sundress kedua wanita itu ...  Every time I breathe, I won't let second pass me by. Seize the moment!

Catatan: Carpe diem = Seize the moment = Petiklah (nikmatilah) hari ini! Sumber inspirasi: Cerita Dibalik Lelaki 2 Generasi by WNKS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun