Di Inggris starter adalah makanan pembuka, sementara di Amerika digunakan kata hors d'oeuvre. Penggunaan kata ini sebenarnya agak rancu, karena kata "hors d'oeuvre" lebih condong ke makanan atau camilan yang lebih ringan daripada makanan pembuka seperti buah zaitun. Dalam tatanan kuliner internasional yang berkiblat ke Prancis, makanan pembuka dinamakan entrée yang secara harafiah berarti “masuk”. Tulisan ini bagian pertama dari three-course meal yang dikemas dalam bentuk cerita.
[caption id="attachment_160885" align="aligncenter" width="480" caption="Seafood platter ©Mamak Ketol™"][/caption]
Will memandangi wajah Kanya lekat-lekat. Aku ingat betul, betapa kepincutnya Will dengan Kanya. Keduanya bekas teman kos ku dulu. Di tahun ketiga aku berada di negara Ketol, aku, Will dan Kanya pernah tinggal satu atap. Selama setahun, kami mengontrak rumah yang tak jauh dari kampus.
Delapan tahun sudah berlalu. Ini adalah reuni kami yang pertama. Sepertinya perasaan kagum dan sayang Will masih tersisa buat Kanya. Kanya masih lajang, Will “sudah menjadi” single lagi. Namun, yang dipandangi berpura-pura tak memperhatikan. Kanya “tersenyum lapar” memandangi starter yang baru saja dihidangkan di meja oleh pramusaji yang mengenakan pakaian tradisonal Thailand itu.
“Oh, iya … , sebelum berdoa, foto dulu makanannya, krek krek krek …” kata Kanya tertawa kecil sambil mengeluarkan kamera sakunya. Aku dan Will tertawa terbahak-bahak. Hampir saja Will menyenggol minumannya.
Kanya tak banyak berubah. Kanya terkenal sangat religious. Namun, berdoa sebelum makan menjadi urutan kedua setelah memotret makanan. Kanya yang doktor filsafat lulusan salah satu universitas lima terbesar di negara Ketol itu hanya bisa menahan senyum, sembari berkonsentrasi memotret.
Sejak di tahun pertama kuliah, Kanya mencari tambahan dengan bekerja sebagai pramusaji di salah restoran yang dikelola oleh sekolahnya. Karena keterusan dengan kerja paruh waktunya di bidang catering, Kanya memilih berkarir di hospitality industry. Kini, Kanya sudah menjabat sebagai salah satu top food and drink manager di Training Center, dan membawahi 11 Unit Manager dari 11 food outlet yang ada di bekas kampusnya itu.
Selain itu, Kanya merupakan kontributor lepas suatu majalah yang berkaitan dengan makanan dan minuman. Dia sering mengulas restoran di kota tempat nya tinggal, dan tentu saja Kanya sering kecipratan diskon, kalau dia makan di restoran tertentu.
Makan siang bertiga ini kami atur begitu acara reuni akbar kampus kami selesai. Kanya lah yang memesan a table for three sekaligus menanggung segala “kerusakannya”.
[caption id="attachment_160886" align="aligncenter" width="500" caption="Oyster (kiri), lumpia dan perkedel ikan (tengah), udang goreng panir (kanan) ©Mamak Ketol™"][/caption]
Setelah Kanya mempersilahkan kami menyantap seafood platter yang begitu cantik dan menggoda, Kanya membuat tanda salib. Tentu saja aku dan Will tak perlu menirunya. Ada oseng-oseng oyster, ada Poh Piah Tord semacam spring rolls isi seafood, ada Tod Mun Pla – Thai fish cake yang terbuat dari adonan “daging ikan”, buncis, kari merah, daun jeruk purut yang digoreng; ada udang berbalut panir. Setelah membaca “bismilah”, kuangkat makanan kerang-kerangan itu. Kanya mengikutiku.