SURAT BUAT MAK DAN APA
Oleh Maryati
Tepat hari ini yaitu hari Ibu, kutuliskan untaian kata-kata lewat surat ini. Meskipun, kutahu bahwa engkau tlah tiada. Tapi, kuyakin bahwa engkau mengetahui dan memahami surat dari anakmu.
Saat kukecil aku begitu tak mengerti, mengapa Mak banyak sekali melarangku. Mau bermain, aku pasti dilarang, mainnya jangan jauh-jauh.
Kutertarik menemani sahabat kecilku mencari  rumput-rumput hijau, pasti dilarang.
Kuingin main jungkat-jungkit, pasti dilarang juga.
Musim panen padi tiba, aku merasa senang sekali, jika bisa memotong padi pakai arit. Tapi itu dilarang juga, hanya Kakak-kakakku saja yang boleh melakukan semua itu. Begitu juga saat menanam padi, rasanya ingin bisa seperti kawan-kawan di Desa pada umumnya.
Sungai dekat rumah pernah surut dan pasti banyak ikannya. Tapi Mak selalu juga mencegahnya jangan pergi ke sana untuk menangkap ikan.
Sedikit kumengerti, bahwa setiap apa yang Mak larang, memang benar. Semua demi kebaikanku. Allah telah menunjukkan kekuasaannya, bahwa aku harus patuh pada orang tua.
Jari tengah hampir putus kena arit, saat kutak peduli ucapan Mak supaya jangan ikut kawan cari rumput.
Dua jari hancur ke timpa jungkat-jungkit yang ditumpangi empat anak.
Aku tenggelam di sungai, saat kutak menuruti perkataan orang tuaku.
Oh, mungkin karena aku sering sakit-sakitan dari kecil. Tapi mengapa Mak tidak bisa menjelaskan padaku, aku ini sakit apa Mak?
Hingga aku tumbuh dewasa dan ingin bekerja di Batam pun, Mak dan Apa hanya bisa sedikit melarang. Hingga akhirnya mengizinkanku.
Tapi aku tlah membuktikan pada Mak, bahwa dengan merantau aku pasti sehat selalu kan Mak? Mungkin hanya sekali aku sakit, saat aku bertemu calon suamiku.