Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 4)

6 Maret 2022   20:00 Diperbarui: 6 Maret 2022   20:01 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malaikat di Sekitar Kita (Bagian 4) | Foto : pixabay.com

Berhubung barang ini dikirim ke rumah sakit, maka saya memberi catatan pengiriman lebih detail. Mulai alamat rumah sakit, drop di mana, dan termasuk ruang dan kamar perawatan si Bungsu.

Si Bungsu terlihat lebih tenang. Namun juga tak sabar menunggu mainannya datang. Tak terhitung dia bertanya apakah sudah datang.

Rantai Kebaikan

Mungkin akan ada yang mengatakan saya terlalu mendramatisir sebuah kejadian. Hmmm... tak apa. Tapi bagi saya, adalah penting untuk menghargai kebaikan orang lain sekecil apapun itu.

Memang uang bisa membeli sesuatu. Tapi apakah uang mampu menggerakan sebuah kebaikan yang tulus? Menurut saya belum tentu.

Memang saya membeli mainan, toko pun butuh pemasukan. Tapi bisa saja kan mereka menolak untuk melayani pembelian? Belum lagi permintaan pengiriman lewat ojol. Bagi saya, semua tetap sebuah kebaikan apalagi dalam situasi yang tidak mudah. 

Si Bungsu dan mainan robot yang dibelinya (Foto : Dokpri MomAbel)
Si Bungsu dan mainan robot yang dibelinya (Foto : Dokpri MomAbel)

Dari staf toko yang ramah, lalu diantar oleh bapak ojol, dan didrop di sekuriti rumah sakit. Baru dari sana diantar ke lantai 4 dan perawat ruangan yang menyampaikan kepada kami. Bukankah ada sebuah rantai kebaikan yang kami terima?

Pada saat perawat datang, si Bungsu yang tengah bosan dan berdiri di ruang antara (kami di ruang isolasi) langsung berlari untuk mendapat paket mainannya. Perawat tersenyum melihat keceriaan si Bungsu yang antusias.

Dari hal kecil ini, saya belajar bahwa ada saatnya kita sebagai manusia tak berdaya. Ada keterbatasan yang pada akhirnya membatasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun