Tak perlu kau tulis di halaman media sosialmu, aku sudah tahu. Aku bisa membedakan rasa syukurmu asli atau palsu.
Jika memang syukur itu kau rasakan, ucap dan renungkanlah selalu. Aku tak pernah lupa mencatatnya pada sebuah buku.
Kulihat akhir-akhir ini kamu bersyukur. Sayang, aku merasa kamu seolah takabur. Ada kesombongan kau pamerkan berbalut rasa syukur.
Rasa syukurmu hanya saat impian mewujud atas barang-barang. Atau hal yang membuatmu senang. Tak jarang rasa syukur kau taruh atas derita orang.
Mari kutunjukkan padamu. Ada catatan dari temanku. Dia selalu bersyukur untuk waktu. Bahkan pada saat beras menipis dan minyak goreng tak terbeli. Senyum tetsp terulas tanpa tapi.
Rasa syukurnya menjelma jadi semangat. Tak peduli terik mentari menyengat. Pun ketika tak banyak uang didapat.
Sekarang aku akan menunggumu. Berharap ada rasa syukur yang baru. Akan kutulis satu per satu tanpa gerutu. Aku yakin kamu menjadi lebih baik seiring waktu.
Salamku,
Rasa Syukur
Ruang hati, Februari 2022