Jika kondisi tersebut berlanjut, jangan heran jika dia terjebak banyak pinjaman mulai dari kartu kredit, pinjol, teman, dan seterusnya. Hidupnya bakal runyam. Angel wes angel!
2. Seimbangkan pendapatan dan pengeluaran
Pepatah lama mengatakan "besar pasak daripada tiang". Artinya, besar pengeluaran dibanding pendapatan. Pepatah ini mengingatkan supaya kita sadar untuk mengendalikan pengeluaran.
Untuk wiraswasta pun, jumlahnya penghasilan bisa diperkirakan. Apalagi yang punya gaji bulanan. Karenanya, sudah sewajarnya kita punya "rem" supaya keuangan tidak minus.
Terkadang tuntutan gaya hidup memaksa orang menjadi boros. Ada juga karena godaan diskon disana-sini yang pada akhirnya mengaburkan batas antara keinginan dan kebutuhan. Atau bisa juga karena dorongan dari lingkungan pergaulan.
Disinilah pentingnya kesadaran untuk mengendalikan diri. Jika memang tidak mampu, tak perlu juga bergaya minum kopi kekinian tiap hari. Tak perlu juga gengsi karena masak di rumah alih-alih memesan makanan online.
Pernah mendengar orang bergaji besar namun kolaps di masa pandemi ini? Ada kemungkinan orang tersebut besar pasak daripada tiang. Mungkin karena itulah ketika penghasilan berkurang pusing tujuh keliling sebab selama ini keuangannya sebenarnya tidak sehat alias minus.
Besar pasak daripada tiang ini memperbesar beban hidup. Kesenangan yang ada hanyalah kamuflase semata. Jika sudah begitu, bagaimana bisa tertawa bersama dalam keluarga?
3. Buat skala prioritas
Bayar sekolah atau beli baju baru? Ganti mobil atau liburan? Hmmm... susah jawabnya ya? Memang kondisi sekarang berbeda dari dulu. Jika orangtua kita dulu lebih mudah karena kebutuhan primer itu sandang, pangan, papan.