"Ah, nggak.. mau ngapain?" tanyanya.
"Please, aku mau kasih sesuatu..." sahutku. Risa tersipu. Dia menutup kedua matanya.
Aku keluarkan bunga itu dari tasku. Semerbak wanginya menguar di ruangan. Kusodorkan bunga dalam gengamanku.
"Buka mata, tuan Putri..." kataku. Risa membuka matanya. Matanya terbelalak.
"Ini apa? " tanyanya.
"Ini bunga edelweis, Ris! Spesial untukmu... Sebut namaku ya ketika kamu mencium wangi bunga ini, " kataku. Risa tersipu dengan muka memerah. Dia makin cantik.
"Hmmm... aduh, kenapa repot? Ini dari mana? Aku belum pernah melihat edelweis..." katanya lembut.
"Ris, ini bunga abadi. Aku ambil di gunung Sindoro. Perjuangan, Ris.. aku petik di dekat jurang! " kataku menjelaskan.
"Duh, serem sekali!" timpalnya.
"Demi kamu, Ris... Aku pun ditegur sama kating. Ini bunga yang dilindungi, tidak boleh dipetik. Aku juga baru tahu..." lanjutku.
Risa terdiam. Aku tahu mungkin aku terlalu terburu mengungkapkan semua ini. Tapi apa dayaku, aku ingin Risa tahu bahwa aku telah jatuh cinta padanya.