RISA
Aku berkenalan dengannya ketika di bis. Bukan aku yang mengajaknya berkenalan, tapi dia yang memulai mengajakku ngobrol.
Sebenarnya aku malas berkenalan. Namun kulihat dia adalah satu-satunya harapan yang bisa menyelamatkanku dari ulah iseng penumpang bis lain. Sementara aku harus duduk di bis AKAP ini selama 3 jam.
"Halo, kuliah dimana?" tanyanya sopan.
Duduk di bagian belakang bis memang tidak enak. Banyak anak-anak pendaki gunung yang akan berangkat. Risih saja ketika harus duduk diantara laki-laki.
"Di kampus biru, " jawabku singkat. Aku pura-pura sibuk dengan novel di tanganku. Teman-temannya mulai tenang dan tak berisik lagi. Syukurlah.
"Namaku Agung. Kita sekampus loh, cuma aku ambil ekonomi, " katanya.
Setelahnya, aku hanya mengobrol untuk basa-basi. Agung termasuk orang yang sopan dan baik.
Dari ceritanya, aku tahu dia akan pergi mendaki gunung Sindoro. Katanya, itu pendakian pertamanya. Pantas saja, dia sangat antusias.
Di antara teman-temannya, dia yang paling ganteng dan rapi. Itu menurutku penilaianku. Rambut Agung terpangkas rapi, sedangkan banyak temannya yang gondrong. Kalau toh berambut pendek sepertinya tak pernah keramas dan bersisir.