"Ya. Aku langsung coret. Nggak deh! Nggak suka aku. Kecewa berat pokoknya, " jawab mbak Maya.
Aku ikut sedih juga mendengar jawaban mbak Maya. Apalagi mbak Maya sudah menaruh harapan besar untuk punya pacar sebagai persiapan mendampingi wisuda nanti.
"May, emang si abang kenapa kok sampai kecewa begitu? Kasar ya? Atau pelit?" lanjut mbak Mita seolah menginterogasi.
"Bukan. Baik sih. Tadi juga makan di kafe Niagara. Boleh lah, cukup mapan, " jawab mbak Maya.
"Lha trus apa yang kurang? Nggak nyambung ngobrolnya? Terlalu serius? Atau dia kentut tadi? hihihi" goda mbak Maya.
Aku dan teman-teman masih setia menyimak. Tentu penasaran dengan cerita kencan pertama dan kencan buta seorang "suhu percintaan" di kost ini.
Mbak Maya masih terdiam. Kekecewaan besar tergambar jelas dari raut wajahnya. Aku tak bisa menebak hal apa yang bisa membuat orang sekecewa itu.
"Tenang, antrian masih banyak mbak Maya..." hibur Antin, anak kost baru yang baik hati.
Mbak Maya tersenyum mendengar ucapan polos Antin. Setelah itu, dia menarik nafas panjang. Semua anak kost terdiam dan menunggu mbak Maya untuk bercerita.
"Hmmm... sebenarnya abang itu baik. Dia dewasa, masa depan bagus. Boleh dikata mapan. Sekarang kerja di pertambangan offshore, gaji tahu sendiri lah ya..." kata mbak Maya mulai bercerita.
"Wah, tebal dompetnya itu, May!" sahut mbak Mita.