Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nikah Beda Budaya, Berduka Kok Full Make-up?

29 Januari 2021   06:00 Diperbarui: 29 Januari 2021   06:37 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (pixabay.com(

Pernikahan beda budaya itu penuh dinamika. Kadang membuat kesal namun tak jarang membuat tertawa. Dua belas tahun bersama tentu banyak peristiwa dan banyak pelajaran berharga. Budaya Jawa dan Toraja saling berjalan beriringan. Ijinkan saya menuliskan ceritanya

Cerita sebelumnya : Nikah Beda Budaya, Kematian Dirayakan Besar-besaran?

Siang itu saya mendapat videocall dari suami. Sembari videocall, suami sedang menarik dan mengarak kerbau saat acara adat berlangsung.

Suami mengenakan baju hitam. Tak lama kemudian, kakaknya ikut nimbrung videocall. Saya kaget sekali! Kok ipar saya dandan full make-up? Rambut pun disanggul layaknya dalam pesta. Saya garuk-garuk kepala. Dalam hati, ini berduka kenapa bisa dandan seglamor itu? Menurut saya aneh.

Mungkin beberapa dari kita ada yang sudah terbiasa. Namun, bagi saya butuh waktu untuk mencerna hal ini. Seperti yang pernah saya bilang, saya gagal paham dengan perbedaan budaya yang ada. Kematian umumnya identik dengan kesedihan dan dukacita, bukan pesta dan sukaria.

Jika saya berada disana, mungkin saya juga diharuskan seperti itu. Syukurlah, saya hanya melihat dan tidak harus menjalani. Rasanya kok tidak "sampai di hati", ketika berduka tapi harus memikirkan kostum dan berdandan di salon.

Ketika suami sudah pulang dari kampung halaman, kami mengobrol dan saya tanyakan hal ini. Ternyata memang seperti itu. Ibaratnya, mereka mengadakan pesta sehingga harus berdandan yang pantas untuk menyambut tamu. Jadi, lebih pada nilai ingin menghargai tamu yang datang. Oke deh. Saya manggut-manggut mendengarnya.

Dari situ saya belajar, tak ada gunanya kita mengingkari atau melawan budaya dan adat orang lain. Memang seperti itu adanya, jadi harus kita hargai. Pastinya budaya tidak datang begitu saja. Budaya sudah ada dari ratusan tahun lalu kemudian menjadi tradisi yang diwariskan turun-temurun.

Ketika kita menikah dengan seseorang, sikap saling menghargai budaya masing-masing itu penting. Perdebatan hanya akan membawa pada pertengkaran yang tak ada ujung-pangkalnya.

Pernahkah kami bertengkar? Tentu saja pernah dan bahkan sering karena adanya benturan budaya. Untuk menerima sesuatu yang tak masuk logika menurut kita, pastinya tidak mudah. Semua butuh waktu dan proses untuk menerima dan kemudian berjalan dengan irama yang sama dalam rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun