Saat musim hujan, orang sering berjalan tanpa alas kaki pada genangan air. Apalagi jika terjadi banjir, mau tak mau kaki terendam air banjir dalam waktu lama. Padahal banyak bakteri, jamur, virus, dan kotoran-kotoran dalam air banjir.
Kaki yang terendam dalam genangan banjir rentan terjangkit penyakit kulit. Salah satunya adalah kutu air atau tinea pedis yang disebabkan infeksi jamur. Kutu air biasanya berkembang mulai dari sela jari kaki, kemudian menjalar ke area kaki yang lain, seperti kuku, punggung kaki, area samping kaki.
Infeksi kutu air ini diawali dengan ruam merah dan bersisik. Setelah itu timbul rasa gatal yang tak tertahankan. Umumnya orang akan menggaruknya, apalagi di malam hari saat tidur, seringkali tanpa sadar menggaruk kulit yang terkena kutu air. Tentu saja ini akan memperparah dan menimbulkan luka.
Selain rasa gatal yang menyebalkan, kutu air sering juga menimbulkan luka dan bau pada kaki. Terkadang kulit terlihat melepuh, terasa panas seperti terbakar, dan perih. Terlihat sepele, tapi jangan disepelekan.
Lalu, bagaimana mencegah kutu air saat banjir? Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
1. Jaga kebersihan kaki
Sebisa mungkin usahakan kaki selalu bersih. Bilas dan sabun kaki setelah terendam air banjir. Langkah kecil ini akan meminimalkan jamur bersarang di sela kaki.
2. Usahakan sela jari kaki kering dan tidak lembab
Jamur tumbuh subur pada kondisi lembab. Karenanya, keringkan kaki dengan handuk sehabis mandi atau mencuci kaki. Jika perlu, jari-jari kaki dibuka dan diangin-anginkan.
3. Hindari memakai kaos kaki basah
Jika kaos kaki basah terkena banjir, lebih baik dilepas. Pun jika terpaksa harus melewati genangan air cukup memakai sepatu atau boot hujan tanpa kaos kaki.
4. Jangan pernah bertukar pakaian, handuk, dan kaos kaki
Kutu air mudah menular. Jika ada anggota keluarga yang terkena, disiplinkan untuk menggunakan pakaian, handuk, dan kaos kaki sendiri. Jangan pernah bertukar atau bergantian.
5. Segera obati supaya tidak semakin parah
Pada gejala awal, kutu air bisa diobati dengan salep topikal. Silahkan pergi ke apotek dan berkonsultasi dengan apoteker untuk salep yang tepat.Â
Namun, jika makin parah akan lebih baik konsultasi ke dokter. Ada kemungkinan terjadi infeksi sekunder, bisa karena bakteri atau virus lain. Biasanya dokter akan memberikan salep antibiotik atau obat lain sesuai diagnosa.