Tanpa pikir panjang, Kodo pun menyahuti ibunya. "Iya, Bu..." Kini Kodo tinggal di rumah sendiri. Kodo mengabaikan perintah ibu. Dia terus di depan gawai melanjutkan game-nya.
Sementara itu, di balai kampung, Oreno berlatih bersama pak Kotam dan teman-teman. Ada Komer, Koning, Biruko. Semuanya bersemangat berlatih bersama.
Tak terasa, latihan hari pertama sudah selesai. Oreno sedih, ternyata Kodo tak jadi datang ke balai.
Dalam perjalanan pulang, Oreno mampir ke rumah Kodo. "Kodo, kenapa tak jadi datang? Tadi seru loh, teman kita banyak yang ikut latihan, "katanya.
Kodo tak bergeming. "Iya, aku besok saja. Hari ini palingan juga cuma pemanasan saja! " Kodo benar-benar acuh dengan kehadiran Oreno.
"Ya sudah, kamu sepertinya kecanduan game, aku pulang dulu ya, " Oreno pun membalikkan badan untuk pulang. "Percuma ngomong sama anak yang main game! Nyebelin! "gerutunya.
***
Latihan kedua akan dilaksanakan di stadion kecamatan. Kali ini Kodo semangat karena dia ingin sekalian berjalan-jalan ke kecamatan. Dia sudah berencana untuk naik sepeda kesana.
Sore itu langit mendung. Kodo mengambil sepeda kemudian mengayuhnya menuju stadion kecamatan.
Di tengah perjalanan, tak jauh dari danau Sukaria, tiba-tiba hujan. Rintik hujan mengenai tubuh Kodo. Kodo malah gembira. "Asyiknya kalau hujan, sudah lama hujan tak turun, "katanya.
Ada genangan air di jalan berlumpur. Kodo memutuskan untuk turun dari sepeda. Dituntunnya sepeda itu, namun Kodo memainkan air genangan dengan kakinya.
"Hei, kodok kecil! Seperti tidak pernah ketemu air saja, main air kayak anak kampung, " ejek sebuah binatang dari atas pohon bintaro.