Di awal pandemi, saya sering menonton film Indonesia. Selain untuk mengisi waktu yang membosankan di rumah, buat saya ini adalah waktu yang tepat untuk "balas dendam" menonton film.Â
Beberapa film saya tonton via netflix. Beberapa lagi via kanal youtube, terutama film pendek. Sejak heboh film Tilik, saya jadi "ngoprek" film pendek Indonesia di kanal Youtube.Â
Ada satu film pendek yang bagus yaitu Natalan (December). Rasanya film ini pas jika ditonton menjelang Natal tahun ini. Film drama keluarga berdurasi 28 menit ini adalah hasil arahan sutradara Sidharta Tata. Hampir semua dialog berbahasa Jawa. Namun dilengkapi subtitel bahasa Inggris.
Pemain utamanya ada Ramon Y. Tungka, Clara Soetejo, dan Mien Brodjo. Secara kualitas akting, mereka sangat menjiwai hingga terkesan natural. Tak salah jika film ini masuk dalam nominasi FFI 2015 silam.
Cerita film ini berawal dari rencana kepulangan Resnu dan Dinda untuk merayakan Natal di Jogja. Resnu adalah anak tunggal yang sudah lama tidak pulang menjenguk ibunya yang tinggal sendiri.
Kehidupan Resnu dan Dinda tidak terlalu baik secara ekonomi. Selain itu, sebagai istri Resnu, Dinda bersifat dominan dan egois. Tipikal perempuan yang ingin bergaya hidup modern dan lebih "mendongak" ke atas tanpa melihat keadaan suaminya.
Kondisi keluarga Resnu dan Dinda sangat berbeda. Orangtua Dinda masih lengkap. Dinda juga punya saudara kandung. Bahkan anak semata wayangnya juga dititipkan kepada orangtua Dinda. Sedangkan, orangtua Resnu tinggal ibu saja. Resnu adalah anak satu-satunya.
Berikut link youtube untuk film ini : disini.
Resnu sebagai kepala keluarga lebih mementingkan istrinya. Kegalauan membayangi sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Jogja. Dia sudah berjanji akan pulang saat misa malam Natal kepada ibunya.Â
Akan tetapi ketika sudah sampai di Jogja, Resnu dan Dinda justru langsung bertolak ke Solo. Mereka memilih menemui keluarga Dinda dibanding ke rumah ibu Resnu yang sudah menunggu dan bersusah-payah menyiapkan segala macam masakan.
Yang menarik dari film ini adalah akhir ceritanya. Kita akan dibuat sedih dan terharu dengan sikap ibu Resnu. Daripada penasaran, lebih baik menonton film ini. Tak sampai 30 menit namun pesan yang disampaikan sangat mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H