Artikel ini saya tulis sebab merasa sangat tergelitik dan ingin saja memberi wawasan kepada siapapun. Beberapa waktu lalu, saya membaca curhatan seseorang dalam salah satu sosial medianya, bahwa ia merasa dikuntit atau di stalking oleh seseorang hanya karena orang lain menonaktifkan pengaturan laporan dapat dibacanya.
Mungkin saja seseorang tersebut mengetahui daftar orang-orang yang melihatnya melalui sebuah aplikasi diluar akun sosial media tersebut, yang bisa menayangkannya. Banyak sekali aplikasi seperti ini dapat diunduh di playstore. Disini, saya jadi bertanya-tanya, jadi siapa yang sesungguhnya penasaran? Dirinya sendiri atau orang lain. Yang jelas, dirinya sendiri telah menjadi bagian dari orang yang penasaran.
Banyak sekali pembahasan mengatakan bahwa, orang yang diam-diam melihat aktivitas kita, termasuk di sosial media kita, seperti laman feed instagram, laman face book, story instagram, story whatsapp, dengan serta-merta menyebutnya sebagai stalker. Jadi, sejauh mana sebenarnya seseorang dikatakan sudah masuk kategori stalker? Ini sangat menarik. Bisa jadi aktivitas kita dan sosial media kita di stalker. Atau, bahkan kita sendiri kemungkinan bisa menjadi stalker orang lain. Namun kembali lagi, sejauh mana tidakan seseorang hingga disebut stalker?
Saya pribadi sering melihat laman feed instagram seseorang ketika baru saja kenal dan saling berfollow instagram. Setidaknya kita juga bisa tahu selayang pandang, tentang seorang kenalan tersebut. Atau saya merasa mendapat banyak manfaat dari feed instagramnya. Sehingga perlu beberapa kali untuk men
jadikannya rujukan. Hanya saja, laman feed Instagram dan facebook bukanlah sesuatu yang bisa sungguh-sungguh menggambarkan kepribadian seseorang. Itu hanyalah sebuah laman aktualisasi diri, unjuk diri, dan tidak sedikit menjadi branding diri. Bahkan, feed seseorang dibuat semenarik mungkin dengan penataan warna picture, konten dsb yang apik, agar siapapun yang melihat menjadi  tertarik dan menikmatinya. Begitu pula pada Whatsapp, seseorang membuat story wahtasapp tentu saja supaya dibaca Atau diketahui banyak orang.Sebuah aplikasi seperti whatsapp juga dilengkapi fitur pengaturan yang unik.Â
Seseorang bisa mengaktifkan laporan atau menonaktifkan laporan dibaca. Sehingga dapat menampilakan siapa saja yang telah membaca whatsapp story kita. Namun, ketika seseorang menonaktifkan fitur ini, maka dirinya tidak akan terlihat telah membaca chatt maupun story whatsapp orang lain. Orang yang menonaktifkan fitur laporan dibaca akhirnya juga tidak dapat mengetahui siapa saja orang-orang yang telah melihat story whatsapp yang ia buat sendiri. Ini sebagai konsekuensi yang sangat adil dari whatsapp.Lalu, mengapa seseorang memilih mematikan fitur ini? Apa pula sebenarnya yang menjadikan whatsapp memfasilitasi fitur ini?
menarik sekali bukan! Manusia memiliki sifat yang beragam. Seperti halnya ada yang introvert dan ada yang ekstrovert. Introvert lebih condong pada sifat/karakter yang tertutup dan ekstrovert lebih condong pada sifat/karakter terbuka.
Uniknya, ada salah seorang sahabat saya, menonaktifkan fitur ini pada whatsapp-nya. Jadi, ia tidak dapat melihat siapa saja orang yang telah melihat story whatsapp unggahannya. Pun sebaliknya, ia juga tidak dapat melihat whatsapp story orang lain. Lebih uniknya lagi, dia membisukan semua daftar whatsapp story. Sehingga tidak ada pemberitahuan jika ada temannya yang membuat whatsapp story. Dan hanya satu saja yang tidak dibisukan, yaitu milik suaminya. Sangat unik. Saya pribadi merasa siapapun berhak menggunakan fasilitas legal yang disediakan aplikasi. Sekali lagi, fasilitas legal.
Sebenarnya solusinya mudah saja. Hampir semua media sosial melengkapi fasilitas blokir. Jadi siapapun yang tidak kita kehendaki untuk melihat sosial media kita, terlebih sangat mengganggu kita, bisa saja langsung di blokir akunnya. Namun, jika merasa masih memerlukan hubungan baik dengan orang lain tersebut, mungkin cukup menggunakan fitur Privasi Status untuk whatsapp. Anda bahkan bisa saja menghapus nomornya dikontak hp anda. Dengan demikian tidak perlu lagi saling melihat story whatsapp. Sangat mudah bukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H