Mohon tunggu...
Mama_wawa
Mama_wawa Mohon Tunggu... -

umur 33 thn, status Menikah dengan 3 anak umur 7 thn, 5 thn, 4 thn

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semangat Wanita

31 Mei 2012   14:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu........

begitu ketiga anak-anakku memanggil namaku. Satu kata ajaib yang bisa menghilangkan penat dan lelah jiwaku. Meruntuhkan ego dan emosiku. Membuatku kuat setelah seharian bergulat dengan waktu demi se keping asa.

Dulu aku pernah merasa bahwa apakah aku akan melewati masa itu setelah hampir mencapai umur 25tahun belum ada satu priapun mampir di kehidupanku. Melajang di umur yang sudah terbilang perawan tua saat itu menjadi pukulan berat buat ibuku dan aku. Saat itu teman - temanku sudah asyik dengan anak dan suami mereka. Aku masih  sibuk dengan kuliah dan pekerjaan paruh waktu sebagai penjaga toko untuk menutup biaya kuliah. Rasanya tidak ada waktu untuk mengenal kata pacaran. Dalam benakku hanya ada 1 tekad, aku harus kuliah dan berhasil jangan seperti orang tuaku yang hanya penjual gorengan keliling.

Dari subuh sebelum matahari muncul di ufuk dan saat orang lain sibuk menarik selimut, kedua orang tua ku bahu membahu menyiapkan dagangan mereka. memasaknya dan menjualnya keliling kampung. Mereka tidak sempat memahami kesetaraan gender yang diagung-agung mass media tapi mereka sudah meresapinya di kesehariannya.

Tapi Allah berkehendak lain, saat ayahku harus dipanggil sang pencipta. Tanggung jawab mencari nafkah dan membayar kuliah jatuh kepundakku. Dengan bekal Man Jadda Wajadda dan keyakinan bahwa Allah tidak tidur dan membantu hambanya yang giat berusaha, akhirnya kuselesaikan kuliahku dan gelar sarjana kuraih. kemenanganku di akhir terasa nikmat setelah dilengkapi dengan bertemu  pria yang mengubah seluruh kehidupan dan melengkapi setengah dari agamaku dengan menikahiku.

Dan aku percaya bahwa kemandirian dan pejuangan akan berbuah manis bila kita mampu dan mau berusaha.

SEMANGAT...........................................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun