Pembelajaan yang diterapkan kepada siswa Sekolah Dasar di Indonesia pada saat ini adalah berbasis Tematik. Pembelajaran Tematik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal dan mempelajari suatu tema yang didalamnya terdapat beberapa cakupan mata pelajaran. Sehingga untuk memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan, tentunya memerlukan minat belajar siswa yang tinggi juga. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Djamarah(2012) bahwa "Siswa yang berminat dalam belajar akan cenderung memperhatikan guru dan juga akan terlihat senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, yang hasil akhirnya adalah hasil belajar siswa yang
memuaskan."
Rendahnya minat belajar siswa untuk mengikuti pembelajaran di kelas tentunya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa tersebut. Faktor internal seperti contohnya mungkin motivasi belajar siswa yang kurang., kurangnya keseriusan untuk belajar, dan tidak menutup kemungkikan siswa tersebut merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang ada di kelas. Sedangkan faktor eksternal bisa bersumber dari guru yang kurang bisa membuat siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran, besar kemungkinan hal ini bisa terjadi akibat guru yang kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran yang diterapkan dikelasnya. Guru yang cenderung monoton dan melakukan pembelajaran yang bersifat satu arah akan mengakibatkan siswa kurang tertarik dan tidak berminat untuk mengikuti proses pembelajaran.
Alternatif solusi untuk membangkitkan minat belajar siswa adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang melibatkan siswa berperan aktif dengan lingkugan sekitarnya dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang cocok dengan hal tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatuf adalah Rangkaian belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan(Hamdani, 2011). Sejalan
dengan pendapat tersebut Rusman(2010) mengartikan pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi dan berdiskusi dalam proses pembelajaran.
Siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tidak hanya berperan sebagai penerima materi pembelajaran lewat penjelassan guru secara verbal saja, tetapi mereka juga belajar bersama-sama dengan kelompoknya untuk menemukan inti dari materi pembelajaran itu sendiri. Sehingga diharapkan aktivitas suasana pembelajaran di kelas berjalan lebih menarik dan tidak membosankan. Siswa disini juga belajar untuk berani bersuara dan mengungkapkan pendapatnya, serta siswa akan belajar menghargai dan bekerja sama dengan orang lain.
Telah banyak berbagai penelitian yang menguak dampak positif penerapan model kooperatif dalam proses pembelajaran di SD. Sebut saja penelitian yang dilakukan oleh Astrawan pada 2014 yang menyimpulkan bahwa Pembelajaran dengan model koperatif akan meningkatkan aktivitas interaksi belajar siswa dikelas V dengan dampak siswa lebih percaya diri dan makin berminat dengan proses pembelajaran yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Penelitian lain yang juga mengungkapkan hasil yang kurang lebih sama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sunardi pada 2013 dengan kesimpulan pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan rata-rata hasil pembelajaran dari siklus penelitian 1 ke siklus penelitian 2 sebesar lebih dari 50%. Sejalan juga dengan dua penelitian diatas Surani Oktavia beserta timnya pada 2019 dengan kesimpulan penggunaan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan minat belajar siswa sd dengan presentase sebesar 92%, dengan tingkat peningkatan hasil belajar sebesar 85%. Masih banyak penelitian lain yang sejalan dengan beberapa pendapat tersebut, dimana pada intinya model pembelajaran kooperatif ini mampu membuat siswa berperan aktif dengan berinteraksi dengan sekitarnya saat proses pembelajaran, hal ini akan membuat siswa mendapat sudut pandang yang sangat luas dari berbagai sumber pemikiran disekitarnya karena melakukan pembelajaran secara berkelompok.
Namun Perlu Diingat !!
Disini peran guru juga teramat penting. Jangan mentang-mentang siswa bekerja secara berkelompok terus guru hanya tinggal menunggu hasil belajar siswa saja. Guru harus tetap membimbing dan mengawasi siswa dalam proses berkelompok tersebut agar proses belajar tetap berjalan dengan harmonis. Pembagian individu dalam kelompok juga harus diperhatikan oleh guru, karena siswa disini adalah belajar bersama sama. Jangan sampai terdapat siswa yang merasa tidak adil dengan pembagian kelompok yang telah diberikan, yang ujung-ujungnya siswa bukannnya berminat dalam belajar namun bisa menjadi hal yang fatal apabila siswa tidak mau bekerja secara berkelompok dengan timnya.
Pada intinya Peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan model kooperatif ini harus sesuai dengan proporsi dan tugasnya masing-masing, agar pada akhirnya siswa lebih berminat dalam pembelajaran yang dilakukanya serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga.
Terima Kasih
Daftar Pustaka
Astrawan, I. 2014. Penerapan Model Kooperatif tipe NHT dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA di kelas V SDN 3 Tonggolobibi. Jurnal of effective teaching. Vol 3,No 4, Hal 227-242
Djamarah, SB. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta