Kenakalan remaja adalah fenomena yang menarik perhatian karena kompleksitasnya dalam mempengaruhi individu, keluarga, dan masyarakat secara luas. Teori analisis sosial kritis, yang didasarkan pada pemikiran Karl Marx, menawarkan pandangan mendalam tentang bagaimana faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik dapat membentuk perilaku kenakalan remaja serta dampaknya dalam struktur kekuasaan yang ada dalam masyarakat.
Teori Marxian menekankan pentingnya memahami kenakalan remaja sebagai reaksi terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi yang mendasari struktur masyarakat. Dalam konteks ini, kenakalan remaja dapat dipandang sebagai bentuk protes terhadap ketimpangan yang mereka hadapi, baik dalam hal akses terhadap sumber daya maupun dalam hal kesempatan sosial.
Alienasi juga merupakan konsep sentral dalam teori ini. Remaja yang mengalami alienasi mungkin merasa terasing dari nilai-nilai sosial yang ada atau merasa tidak terhubung dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat menghasilkan rasa frustrasi dan kebingungan yang sering kali diekspresikan melalui perilaku kenakalan sebagai cara untuk mencari pengakuan atau memenuhi kebutuhan emosional yang terabaikan.
Pada dasarnya, kenakalan remaja dapat dipahami sebagai bentuk ekspresi dari ketidaksesuaian atau ketidakpuasan remaja terhadap lingkungan sosialnya. Masa remaja merupakan fase perkembangan yang ditandai dengan eksplorasi identitas diri, pencarian otonomi, dan penyesuaian dengan tuntutan sosial baru. Ketika remaja menghadapi tekanan dari berbagai aspek kehidupan, seperti tekanan dari sekolah, keluarga, teman sebaya, dan media sosial, mereka sering kali mencari cara untuk mengekspresikan diri mereka sendiri.
Kenakalan remaja juga dapat dipahami sebagai bentuk respons terhadap budaya dominan yang dianut oleh masyarakat atau institusi. Remaja sering kali menantang norma-norma sosial atau nilai-nilai yang diberlakukan oleh generasi sebelumnya sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan atau ketimpangan yang mereka rasakan. Di era globalisasi dan teknologi informasi saat ini, media sosial menjadi platform penting di mana remaja mengungkapkan identitas mereka dan menyampaikan ketidakpuasan terhadap norma-norma sosial yang dianggap tidak adil atau ketinggalan zaman.
Studi kasus yang menarik adalah bagaimana media sosial mempengaruhi perilaku kenakalan remaja. Platform seperti Instagram, TikTok, atau Twitter memberikan remaja kesempatan untuk membangun jejaring sosial mereka, tetapi juga meningkatkan eksposur mereka terhadap perilaku-perilaku yang dianggap kontroversial atau tidak konvensional. Remaja mungkin tergoda untuk meniru perilaku dari media sosial untuk mendapatkan pengakuan atau membangun identitas yang mereka anggap cocok, terlepas dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat secara umum.
Dalam konteks ini, pendekatan analisis sosial kritis memberikan pandangan yang mendalam dan holistik tentang kompleksitas kenakalan remaja. Dengan mengakui bahwa kenakalan remaja adalah respons terhadap struktur kekuasaan dan ketidakadilan dalam masyarakat, kita dapat mengembangkan strategi intervensi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil di masyarakat, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi secara positif dalam perubahan sosial yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H