Mohon tunggu...
Malvin Lionard
Malvin Lionard Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Kolese Kanisius

Available

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Alam, Guru Kehidupan Terbaik Manusia

24 Oktober 2024   09:31 Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:36 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badai Milton (Sumber: CNN Indonesia)

Baru-baru ini, tepatnya tanggal 9 Oktober lalu, Angin topan Milton timbul dan melanda garis pantai Florida. Angin topan satu ini termasuk ke dalam kategori 3 dengan kecepatan lebih dari 90 mph. Akibatnya, ratusan rumah, infrastruktur kota, bahkan sebuah stadion mengalami kerusakan yang sangat parah. Kerusakan dari berbagai properti dan ekonomi akibat angin topan ini diperkirakan mencapai miliaran dolar amerika, belum lagi proses pemulihannya yang diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan.

Di balik kehancuran yang ditinggalkan oleh badai Milton, manusia dapat menemukan keindahan dan harapan yang tersembunyi. Ketika pohon-pohon yang tumbang memberikan lahan baru untuk kehidupan yang lebih beragam, hewan-hewan yang sebelumnya terhalang oleh hutan lebat kini memiliki akses ke sumber makanan yang baru. Sungai-sungai yang meluap, meskipun merusak, membawa kesuburan tanah yang baru ke lahan pertanian. Selain itu, masyarakat yang terdampak bencana sering menunjukkan solidaritas yang luar biasa, bersatu untuk membantu satu sama lain dan membangun kembali komunitas mereka dengan lebih kuat. Saat langit cerah kembali setelah badai, ada perasaan kedamaian yang mendalam dan apresiasi baru terhadap kekuatan alam serta kemampuan manusia untuk bangkit kembali dari kesulitan. Dalam proses pemulihan ini, kita melihat bahwa dari kehancuran, alam dan manusia dapat bangkit lebih kuat dan lebih indah daripada sebelumnya.

Bencana alam ini hendaknya mengingatkan kita bahwa alam memiliki kekuatan yang sangat besar dan bukan tandingan bagi kekuatan manusia. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan dan menjadikan alam sebagai kawan, bukan lawan. Salah satu cara yang cukup sederhana untuk melakukan hal tersebut adalah dengan mendekatkan diri dengan alam melalui berbagai kegiatan petualangan.

Seperti seorang pelaut yang bijak memahami arus laut dan angin untuk berlayar dengan aman, manusia juga harus belajar memahami dan menghormati alam untuk hidup harmonis. Alam, dengan segala kekuatan dan keindahannya, dapat menjadi sahabat maupun lawan. Dengan mendekat ke alam dan menghargainya, kita tidak hanya menjaga keseimbangan lingkungan, tetapi juga menemukan kedamaian dalam kebersamaan. Selain itu, mendekat dengan alam menyadari kita bahwa alam tidak selalu membawa malapetaka, tetapi juga menawarkan banyak keindahan dan manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia.

Indonesia, negara yang sering juga disebut sebagai zamrud khatulistiwa, menjadi tempat yang kembali mengingatkan kita akan pesona dan daya tarik alam sekitar. Untuk lebih menghayati indahnya pemberian Tuhan, Kolese Kanisius rutin mengadakan kegiatan Jambore setiap tahunnya. Kegiatan Jambore merupakan sebuah kegiatan yang mengajak Kanisian kelas 10 untuk menguasai dirinya sendiri dan menjadi satu dengan alam. Kegiatan ini disusun sedemikian rupa agar seluruh Kanisian dapat menyadari indahnya alam sekitar dan memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga Bumi tercinta. Kegiatan ini terdiri dari perkemahan, mengikuti jalur trek yang panjangnya belasan kilometer, sampai menyeberangi sungai dan lembah yang cukup curam.

Mengikuti kegiatan Jambore di kaki Gunung Merapi, para siswa kelas 10 merasakan langsung keajaiban dan kekuatan alam. Di sela-sela tenda yang didirikan dengan susah payah, mereka belajar untuk menghargai kerja sama dan gotong royong. Saat menyeberangi sungai yang deras dan mengikuti trek yang curam, mereka memahami betapa kecilnya manusia di hadapan alam yang perkasa. Namun, dari situ pula tumbuh rasa cinta yang mendalam terhadap alam. Mereka merasakan keteduhan pepohonan, keindahan matahari terbit, dan ketenangan suara aliran sungai. 

Meskipun alam kadang membawa bencana, dalam kasus ini Badai Milton, Kanisian diajak untuk belajar bahwa alam juga memberikan kehidupan dan kesejahteraan. Dari setiap tantangan dan kesulitan, mereka belajar menghargai kekuatan alam dan pentingnya menjaga lingkungan. Rasa kagum dan syukur ini kemudian mereka bawa pulang, menumbuhkan generasi yang lebih peduli dan berkomitmen untuk melestarikan bumi kita.

Berbeda dengan pengalaman di kaki Gunung Merapi yang membawa ketenangan dan keindahan, Badai Milton menunjukkan sisi lain dari kekuatan alam yang menghancurkan. Ketika siswa di Merapi menikmati keteduhan pepohonan dan keindahan matahari terbit, warga yang terkena dampak Badai Milton berhadapan dengan kehancuran rumah dan infrastruktur yang parah. Rumah-rumah roboh, jalan-jalan terputus, dan fasilitas umum hancur, meninggalkan masyarakat dalam ketidakpastian dan penderitaan.

Menjelajah kedua sisi alam ini, seakan-akan menjadi cara Tuhan untuk memberi tahu kita bahwa kita harus bisa melihat segala macam masalah dari dua sudut pandang. Tentunya, alam saat ini menjadi musuh terbesar bagi mereka yang tempat tinggalnya hancur, anggota keluarganya meninggal, maupun mengalami penderitaan. Akan tetapi, di sisi lain, alam merupakan sebuah anugerah yang sangat didambakan oleh mereka yang sedang menikmati keindahannya.

Di balik tragedi, manusia belajar menghargai kedamaian dan keindahan alam serta pentingnya persatuan dalam menghadapi bencana. Ketika badai berlalu, warga yang sebelumnya terpisah kini bersatu dalam tujuan bersama, membangun kembali dari puing-puing. Solidaritas dan kebersamaan menggerakkan upaya pemulihan, menumbuhkan empati dan kasih. Mereka memperbaiki rumah dan jalan, serta membangun kembali jembatan emosi dan kepercayaan. Meski alam membawa bencana, ia juga mengajarkan kita untuk saling mengasihi dan menghargai kehidupan.

Alam, dengan segala pesonanya, mengajarkan kita kebijaksanaan yang mendalam. Ketika menghadapi keindahan maupun amarahnya, kita diingatkan akan ketahanan dan kemampuan beradaptasi manusia. Dalam setiap hembusan angin, gemuruh ombak, dan kilauan matahari, terkandung pelajaran tentang harmoni dan keseimbangan. Dengan penghayatan yang penuh makna, kita diilhami untuk menjadi pribadi yang lebih peduli, penuh kasih, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun