Mohon tunggu...
Malisa Ladini
Malisa Ladini Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa S3

Political Science. Bachelor: Semarang State University. Master: Diponegoro University.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Habibie Ialah Figur Intelektual yang Melecut Semangat Anak Bangsa

10 Agustus 2017   22:51 Diperbarui: 10 Agustus 2017   23:23 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai inspirator bangsa bagi negeri, tentu banyak sekali. Tapi bagi kajian ilmiah saya, barisan kalimat sastra saya, bahkan tebalnya analisis berbagai tugas kuliah saya, ada seorang figur yang sungguh menginspirasi bagi saya, sosok hebat dalam karya saya, dan berbagai analisis tugas kuliah saya. Terlebih bukan hanya saya yang bangga akan sosoknya, tapi juga seluruh Warga Negara Indonesia, bahkan Warga Negara Asing juga terus saja memujanya.

Dia adalah idola saya, Habibie. Bernama lengkap Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Juni 1936, tepatnya kini ia telah berusia 80 tahun. Dalam usia 80 tahun, pada umumnya jika ditarik ulur kronologi kehidupannya, pasti lah memiliki cerita hidup masing-masing yang kian berbeda. Bisa dibayangkan? Usia kemerdekaan bangsa kita Indonesia ini ialah 71 Tahun. Tentu 9 tahun lebih tua Bapak Habibie ini bukan? Ya, ingatan kita tentu akan melesat pada betapa sulitnya situasi bangsa kita yang pada waktu itu belum merdeka bukan? Tapi pada faktanya, Habibie hidup tak sia-sia. Ia menapakai hidup sebagai sosok yang dapat menjadi teladan anak negeri, bahkan untuk generasi-generasi selanjutnya.

Habibie adalah seorang piawai sepanjang zaman. Sejarah menuliskannya sebagai sosok yang multi-talent dan menjadi teladan bagi siapa pun. Ada sebuah perjalanan inspirasi dari Habibie yang kini menjadi sosok legend,maestro, dan figur yang tidak pernah pantang menyerah. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya berprofesi sebagai ahli pertanian yang memiliki etnis Gorontalo, dan memiliki keturunan Bugis. Sedangkan ibunya merupakan etnis Jawa, yang merupakan putri dari seorang spesialis mata di Yogya dan seorang pemilik sekolah. 

Cikal bakal seorang ahli mungkin turun dari kedua orangtuanya yang memang seorang ayah ahli pertanian, ibu dari keturunan spesialis mata dan pemilik sekolah. Tapi sebagai perancang pesawat terbang, tentu Habibie ialah orang pertama di Indonesia. Perpaduan beberapa suku dari keturunan orangtuanya pun menjadi salah satu kerukunan bangsa. Harmoni yang indah bukan?

Dari kenyataan hidupnya yang lahir dari banyak saudara itu saja kita sudah dapat memetik pelajaran berharga. Bagaimana tidak? Orangtuanya memiliki delapan keturunan, tapi anaknya dapat berpendidikan tinggi? Ya, tentu ini refleksi bagi kita, bagi semua orangtua, bagi semua anak di dunia. Mengapa tidak? Di era modern ini, yang notabeneialah zaman serba mahal, dengan program pemerintah untuk KB dan memiliki anak cukup dua saja, para orangtua masih banyak yang tidak dapat menyekolahkan anaknya lantaran tidak ada biaya. Bahkan tak jarang banyak anak-anak yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Ironisnya, kita juga masih sering melihat anak-anak usia sekolah yang berkeliaran di jalan raya. Sebagian dari mereka bekerja menjadi penjual korang, pengamen, pengemis, pemulung, dan sebagainya.

Dalam pencaharian proses hidupnya, Habibie memiliki track recordyang menawan. Prestasi Habibie menyadarkan kita bahwa anak Indonesia juga banyak yang berkompeten, berprestasi, dan dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Hebatnya Habibie ialah seorang yang memegang teguh prinsipnya untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Ia merupakan putra bangsa almamater S1 ITB (Institut Teknologi Bandung), S2 Rhenisch Wesfaliche Tehnice Hochscule, dan S3 Rhenisch Wesfaliche Tehnice Hochscule. 

Ia juga memiliki perjalanan karier yang memukau, pada tahun 1993 ia menjadi Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar, tahun 1990-1998 menjadi Ketua Cendekiawan Muslim Se-Indonesia, tahun 1989-1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis, tahun 1983-998 menjadi Direktur Utama PT Pindad Persero, pada tahun 1978-1998 Ketua Otoritas Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, ia juga didapuk menjadi  Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, tahun 1976-1998 menjadi Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara, menjadi Divisi Metode dan Teknologi pada industry pesawat terbang komersial dan militer di MBB, menjadi Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB, pada tahun 1998 diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia, dan puncaknya pada tahun 1998-1999 ia juga menjadi orang nomor 1 atau Presiden Indonesia yang ketiga menggantikan Presiden Soeharto.

Perjalanan karier yang benar-benar panjang, dari nol, dan diangkat bukan karena pencitraan seperti politisi era sekarang yang, tapi memang dia berprestasi. Inilah yang menjadi salah satu bukti bahwa Habibie ialah sosok intelektual yang berprestasi dalam bidangnya, dan dapat duduk dalam tampuk kekuasaan bukan karena cara-cara kotor seperti para pejabat yang saat ini sering lakukan, tapi ia memang merintisnya karena sebuah ketekunan, usaha, dan memang ia layak mendapatkan semua itu.

Prinsip yang kuat dan teguh keberanian ada di dalam diri Habibie. Perjalanan hidup Habibie menjadi salah pelecut semua anak bangsa bahwa untuk meraih kesuksesan membutuhkan perjalanan yang panjang dan tidak instan. Maka ironis bila pada era yang lebih canggih dibandingkan dengan era Habibie dahulu, banyak pelajar Indonesia yang justru malas dan melakukan plagiasi saat mengerjakan tugas. Karyanya menjadi bukti bahwa Habibie ialah kontributor kemajuan teknologi bagi bangsa Indonesia ini. Ia mampu merancang VTOL (Vertical Take Off dan Landing) Pesawat Angkut D0-31, Pesawat Angkut Militer Transall C-130, Hansa Jet 320 (Pesawat Eksekutif), Airbus -300 (untuk 300 penumpangnya), CN-250, Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA), dan beberapa proyek rudal dan satelit. Karya-karya Habibie pun bukan hanya menjadi kebanggan bangsa Indonesia, tapi juga banyak dipesan oleh bangsa-bangsa lain, dan dikagumi oleh bangsa-bangsa lain. Sangat memukau bukan?

Di bidang percintaan tak perlu diragukan lagi, sebab bukan hanya soal prestasi dan kehidupannya yang menjadi teladan setiap anak bangsa. Tapi juga dalam kehidupan rumah tangganya. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai 2 orang putra bernama Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Kisah percintaan Habibie kepada istrinya Ainun patut diacungi jempol, bahkan kesetiaan keduanya pun diabadikan dalam Film Layar berjudul "Habibie dan Ainun". Bahkan ketika Ibu Ainun sudah lebih dahulu meninggalkannya, ia masih saja mencintai, dan memuja istrinya. Bahkan ia sangat lah detail jika ditanya mengenai istri tercintanya tersebut.

Memang Habibie merupakan figur intelektual bagi putra-putri bangsa. Secara bibit, bebet, bobot, Habibie merupakan cerminan "Cinta Sang Inspirator Bangsa Kepada Negeri".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun