perikanan dan kelautan. Para nelayan di pesisir Jawa hingga Sulawesi melaporkan perubahan drastis dalam pola melaut mereka.
Intesitas hujan yang tidak biasa di berbagai wilayah Indonesia sejak akhir 2023 hingga awal 2024 telah membawa dampak signifikan bagi sektor"Biasanya kami bisa melaut 20-25 hari dalam sebulan. Sekarang dengan hujan terus-menerus, kami beruntung jika melaut 1o hari," ungkap Pak Rahman, nelayan dari Pantai Utara Jawa. Curah hujan tinggi tidak hanya mengganggu aktivitas melaut, tetapi juga mempengaruhi kualitas air laut dan habitat ikan.
Air hujan yang berlebih mengalir ke laut membawa material sedimen dan limbah dari daratan. Fenomena ini menyebabkan perubahan salinitas air laut di wilayah pesisir, memaksa berbagai jenis ikan bermigrasi ke lokasi yang lebih dalam. Tambak-tambak udang dan ikan di pesisir juga mengalami gangguan akibat banjir dan luapan air laut.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan penurunan hasil tangkapan hingga 40% di beberapa wilayah yang terdampak hujan ekstrem. Kondisi ini diperparah dengan kerusakan infrastruktur pelabuhan dan tempat pelelangan ikan akibat banjir dan gelombang tinggi.
Namun, di tengah tantangan ini, beberapa komunitas nelayan mulai mengembangkan strategi adaptasi. Di Pantai Selatan Jawa, nelayan memanfaatkan teknologi prakiraan cuaca berbasis aplikasi untuk menentukan waktu melaut yang tepat. Beberapa kelompok nelayan juga mulai mengembangkan budidaya ikan air tawar sebagai alternatif saat tidak bisa melaut.
Pemerintah daerah di beberapa wilayah telah menginisiasi program bantuan berupa modernisasi peralatan tangkap dan sistem peringatan dini cuaca ekstrem. "Kami tidak bisa menghentikan hujan, tapi kita bisa lebih siap menghadapinya," kata Ir. Sudiarto, kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah.
Para ahli memprediksi bahwa pola cuaca ekstrem ini akan berlanjut sebagai bagian dari perubahan iklim global. Dr. Anita Susanti, klimatolog dari Institut Teknologi Bandung, menyarankan perlunya perubahan fundamental dalam praktik perikanan Indonesia. "Kita perlu mengembangkan sistem perikanan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim," jelasnya.
Beberapa rekomendasi untuk menghadapi situasi ini meliputi diversifikasi hasil tangkapan, pengembangan infrastruktur tahan cuaca ekstrem, dan penguatan sistem asuransi nelayan. Masyarakat umum juga dapat berkontribusi dengan membeli hasil laut dari nelayan lokal dan mendukung program konservasi pesisir.
Meski tantangan hujan ekstrem ini berat, sektor perikanan Indonesia menunjukkan ketangguhannya melalui berbagai inovasi dan adaptasi. Dengan dukungan teknologi, kebijakan yang tepat, dan kesadaran masyarakat, diharapkan sektor vital ini dapat terus berkembang menghadapi tantangan perubahan iklim.
Untuk informasi terkini tentang kondisi cuaca dan perikanan di wilayah Anda, kunjungi situs BMKG (https://www.bmkg.go.id/) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (https://kkp.go.id/).