Mohon tunggu...
MALIONEWS
MALIONEWS Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance aja dah..

Baca sebuah cerita yang memuat informasi gaya MALIONEWS. Jangan hanya baca saja, tetapi menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Titip Rindu Buat Ibu

10 Februari 2021   22:59 Diperbarui: 11 Februari 2021   01:13 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Titip Rindu Buat Ibu

Langit ibu kota sudah kelabu, namun bintang tak kuat menampakkan diri. Bisingnya metro mini serta getaran mesin bus ini masih bisa terasa. Aku masih membawa kotak nasi berisi bebek goreng yang dibeli di depan kantor Ibu. Setiap libur sekolah dasar dulu, pasti aku selalu diajak liburan di ibu kota. Meski Ibu nggak libur selepas bekerja pasti diajaknya kulineran. Ibu masih ingat nggak ya?

Aku selalu ikut ibu kerja mondar-mandir ngurus surat izin  untuk produk es krim waktu itu. Suatu siang aku menunggu di lobby kantor PBOM. Banyak yang mengantre giliran dipanggil. Wanita paruh baya dengan jas hitam senyum kepadaku yang sedang bermanin mobil mainan.

"Anaknya ikut kerja ya bu?" tanya wanita itu.

Ibuku menjawab dengan penuh semangat bahwa mengajakku menemani bekerja adalah energinya. Macetnya ibu kota dan udara yang panas terasa berbeda dengan adanya aku. Begitu juga denganku, bersama Ibu saat libur sekolah adalah hal meyenangkan. Melihat gedung pencakar langit yang biasanya hanya dilihat pada buku pelajaran saja.

Aku masih ingat rasa satu gigitan bebek goreng yang empuk. Selain itu, asinan sayur sebagai pelengkap makan malam di rumah. Potongan wortel oranye sangat renyah bercampur sayur lainnya. Pedas, asin, manis mengguah selera makan. Makan malam yang mengembalikan energi setelah dari pagi bekerja. Penuh perjuangan dan kerja keras bekerja di Ibu kota.  

 "Apa tidak rindu sama Ibu? Pulang 6 bulan sekali ke rumah." tanya ibu temanku kepadaku.

Setelah liburan usai dan aku kembali lagi ke desa, rutinitasku selalu bermain setelah pulang sekolah. Aku tidak mengerti apa arti rindu.  Akupun hanya diam dan melanjutkan bermain. Tetapi, kini aku mengerti apa arti rindu.

Dari tulisan ini aku mengenang belasan tahun lalu liburan bersama ibu. Aku titipkan surat rindu ini buat Ibu yang telah berjuang. Jarak dan waktu membuat aku belajar dan paham arti rindu. Rasa lelah akan pudar saat bertemu dan menjadi lentera di terangnya lampu kota. Meski hanya mengenang, kini sangat berarti.

Terima kasih Ibu, aku rindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun